Minggu, 10 April 2011

GENERASI KETUJUH (Bagian keenam)

6. MASALAH WARISAN
Sinan! Perkenalkan. Ini teman Ando. Putireno. Mungkin Sinan pernah jumpa. Dia seorang penyair wanita Indonesia terkemuka yang sering membacakan puisi-puisinya tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara tetangga. Puisi-puisinya lebih banyak mengungkapkan obsesi terhadap sejarah yang selalu dikaburkan, kepedihan terhadap perampasan hak-hak warisan dan berbagai konflik dalam keluarga besar kaumnya.
Beberapa puluh tahun Ando tidak pernah bertemu dengannya. Sekarang dia pulang karena ada persoalan yang harus diselesaikannya. Lepas rasa rindu Ando pada teman selapik seketiduran ini. Kami bersahabat karib sekaligus menjadi musuh bebuyutan dalam beberapa pilihan dan jalan hidup. Ketika Ando tanyakan apa benar persoalan yang menyebabkannya harus menyelesaikan sendiri? Kan banyak saudara laki-laki yang dapat menyelesaikan. Apakah persoalan yang akan diselesaikan itu begitu pribadi? Suami? Ibu? Anak-anak? Putireno hanya tersenyum. Bila lelaki tak mampu lagi menyelesaikan persoalan kaumnya, perempuan berkewajiban turun menuntaskannya, jawabnya lirih. Tidak masanya lagi perempuan hanya mengandalkan lindungan dari laki-laki, menjadi sub-ordinat, embel-embel dari laki-laki, tetapi perempuan Minang harus kembali kefitrahnya, kekeberadannya. Perempuan Minang yang sesungguhnya adalah kubu, benteng terakhir dari eksistensi dan keberlangsungan hidup suatu perkauman.
Putireno jarang pulang karenanya kami jarang bertemu. Dia selalu pergi untuk berbagai urusan penelitian, observasi dan ceramah-ceramah. Dia juga sering bepergian bersama suaminya. Kalau tidak salah dia pernah pergi ke Amerika Serikat menghadiri International Writing Program di Iowa University, kemudian melakukan observasi teater modern Amerika dan Jepang, memenuhi undangan Raja Thailand menerima penghargaan South East Asia Writers Award bagi suaminya, ke Malaysia dan beberapa kerajaan di sana, memenuhi undangan beberapa kerabat diraja dari beberapa keraton Nusantara. Nama lengkapnya Ir.Puti Reno Raudhatuljannah Thaib,MP. Ando selalu memanggilnya Putireno. Tidak Ando pisahkan antara Puti dan Reno, supaya Ando bisa cepat mengucapkan namanya. Maksudnya tetap saja sama, Puti Reno. Teman Ando ini dilahiran di Pagaruyung pada 31 Agustus 1947. Dalam penulisan karya-karya sastranya dia selalu memakai nama pena Upita Agustine. Namanya tercantum dalam Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern yang diterbitkan PT. Gramedia,1981 dengan editor Pamusuk Eneste. Ia juga tercatat dalam profil 200 Tokoh, Aktivis dan Pemuka Masyarakat Minangkabau Edisi I 1995-1996 yang diterbitkan oleh Perma Promotion dan Yayasan Bina Prestasi Minang Indonesia Jakarta 1995. Ia juga tercatat dalam 17 tokoh perempuan Minangkabau yang diterbitkan oleh FKAWIS Padang tahun 2002. Namanya juga tercatat dalam Ensiklopedi Sastra Indonesia dengan editor Dr.Hasanuddin WS. Tahun 2004. Ia merupakan salah seorang wanita penyair Indonesia, yang karya sastranya dalam bentuk puisi dan cerpen telah dipublikasikan di berbagai media massa nasional maupun luar negeri. Beberapa puisinya dimuat dalam Bunga rampai Sastra Indonesia: LAUT BIRU LANGIT BIRU, diterbitkan oleh PT. Dunia Pustaka Jaya Jakarta bekerjasama dengan Horst Erdmann Verlag, Tubingen Jerman Barat 1977. Puisi-puisinya dibahas oleh Korrie Layun Rampan dalam buku: Kesusastraan Tanpa Kehadiran Sastra, diterbitkan Yayasan ARUS Indonesia tahun 1984. Antologi Puisi Modern Indonesia “Tonggak 3” diterbitkan Gramedia Jakarta, 1986, Terlupa Dari Mimpi, kumpulan puisinya sendiri yang diterbitkan tahun 1986, Selection of Poems by Raudha Thaib; with Translation and Commentaries, Indonesian and Malay Studies, SOAS, 1990, Jurnal Puisi Melayu Perisa I, 1993 diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka Kualalumpur, Antologi Puisi Indonesia 1997 diterbitkan Angkasa Bandung dan Antologi Puisi 1999 Sumatera Barat oleh Dewan Kesenian Sumatera Barat. Nyanyian Anak Cucu, kumpulan puisi sendiri diterbitkan oleh Angkasa Bandung tahun 2000. Sembilan Puisinya dimuat dalam buku: Sembilan Kerlip Cermin. Antologi Puisi 9 Penyair Perempuan Indonesia Terkemuka. Diterbitkan oleh Pustaka Jaya Jakarta Tahun 2000. Puisinya juga diterbitkan dalam Antologi Penyair Perempuan Se Sumatera: Musim Bermula, tahun 2001 dan dalam: Kemilau Musim, Kumpulan Puisi Penyair Perempuan Indonesia tahun 2003 dan Pesona Gemilang Musim kumpulan Puisi Penyair Perempuan Indonesia II tahun 2004 yang diterbitkan oleh Himpunan Perempuan Seni Budaya Pekanbaru. Ia juga banyak menulis artikel dan memberi makalah dalam bidang seni dan budaya Minang. Dia banyak menulis artikel tentang perempuan di media masa dan menjadi pemakalah dalam banyak seminar. Mengasuh rubrik “Curito Niek Reno” tentang pelajaran adat dan budaya Minangkabau dan dia juga menulis kolom Teras di media Padang Ekspres, juga menjadi nara sumber dalam dialog interaktif di TVRI Sumbar dan Jakarta, Trans TV. Di antara tulisannya adalah: “Matrilineal System in Minangkabau Culture” diterbitkan oleh Bundo Kanduang Sumatera Barat tahun 1994. ”Pola Pikir Perempuan Minangkabau dan Tantangan ke Depan” dalam Jurnal PPIM yang diterbitkan Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau tahun 2003. “Sistem Matrilineal dalam Adat dan Budaya Minangkabau” diterbitkan dalam buku: Minangkabau yang Gelisah, diterbitkan oleh kerja sama: GEBU Minang, Pemda Sumbar, PPIM, LKAAM, Perhimpunan Keluarga Minang Jabar dan Unit Kesenian Minang ITB Bandung tahun 2004. Pemahaman Gender dalam Budaya Minangkabau, diterbitkan dalam buku: Tanah Ulayat dan Budaya Padi Minangkabau oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Yayasan Padi Indonesia tahun 2005. Dia salah seorang penyunting buku: Setampang Benih, penghormatan kepada Prof. Dr. Ir. H. Jurnalis Kamil, diterbitkan oleh Fakultas Pertanian Unand Padang tahun 2000. Di samping menjadi editor tulisannya: Kodrat Hidup Benih, juga diterbitkan dalam buku Setampang Benih tersebut dan banyak lagi tulisan2nya. Dia mengekspose: Matrillineal System in Minangkabau Culture kepada anggota parlemen wanita Jerman tahun 1994 dan anggota FAWA 1995 di Padang dan kepada masyarakat Minangkabau di Singapura pada tahun 1997. Sejak tahun 1989 dia menjadi pengurus Bundo Kanduang Sumatera Barat dan menjadi Ketua I Bundo Kanduang Sumbar. Ia juga salah seorang pendiri dan pengasuh grup dan Yayasan BUMI Padang. Pendiri dan Ketua Silek Tuo dan randai Cindo Mato Pagaruyung. Ia juga salah seorang dewan pakar Gebu Minang, Putireno mulai jadi dosen sejak tahun 1978 sampai sekarang. Mengasuh mata kuliah Teknologi Benih, Adat dan Kebudayaan Minangkabau pada Fakultas Pertanian Unand Padang. Sekarang sedang menyelesaikan program S3 nya pada program Pascasarjana Unand. Dia tinggal bersama suami dan ketiga anaknya di sebuah rumah di Jalan Gelugur H2 Wisma Indah II Lapai Padang 25142. Alamat emailnya: putireno@yahoo.com.
Sinan tentu heran, kenapa Ando begitu lengkap dan detail memperkenalkan teman yang satu ini. Ando pikir, tidaklah perlu Sinan heran atau bertanya-tanya kenapa Ando harus memperkenalkannya dengan cara seperti ini. Ando ingin, bagaimanapun juga, suka atau tidak suka, kita harus memberikan penghargaan yang pantas untuk tokoh-tokoh perempuan yang sudah diakui masyarakat luas. Seperti Putireno misalnya, dia seorang sastrawan, penyair, pemikir kebudayaan, yang setiap minggu mengunjungi kampung-kampung dan negeri-negeri memberikan pencerahan terhadap pelaksanaan adat dan budaya. Dia seorang ilmuwan, dosen yang tidak berambisi untuk meraih jabatan apapun di kampusnya. Kehidupan keluarganya tidak pernah terbetik terberita dalam cek dan recek televisi. Dia hidup aman, beribadat dan menjalankan adat dan agama sebaiknya. Dia bukan seorang penipu, dia bukan koruptor, bukan pejabat tinggi, tidak termasuk dalam daftar pencarian orang oleh pihak kepolisian. Apakah seorang perempuan seperti ini tidak perlu Ando perkenalkan pada Sinan? Atau, apakah Sinan hanya mau mengenal perempuan yang suka membuat gosip, perempuan yang terkenal karena goyang pinggulnya yang aduhai, karena kesukaan yang kawin cerai, karena tidak mau menyusukan anak-anak takut susunya akan kendor dan kecantikan akan berkurang, karena perempuan itu suka hidup bebas, bepergian dengan pejabat-pejabat tinggi ke luar daerah, ke hotel-hotel, jadi perempuan simpanan yang disurukkan di rumah-rumah mewah? Perempuan seperti itukah yang Sinan mau tahu? Yang seperti itu? Iya? Tidak Sinan! Ando tidak akan memperkenalkan perempuan demikian pada Sinan. Kalau Ando berbuat seperti itu, memperkenalkan perempuan-perempuan santapan gosip demikian, pastilah dalam pikiran Sinan, Ando termasuk ke dalam kelas dan jenis perempuan seperti itu pula. Cukuplah Ando dikenal sebagai perempuan nyinyir, konyol, suka menggerutu kian kemari, bicara tidak fokus dan tidak terarah, bicara tanpa pertimbangan politik dan keuntungan-keuntungan pribadi. Biarlah. Namun Ando gembira, ternyata dengan keadaan Ando begini, Sinan masih tetap juga ingin mendengarkan apa yang Ando sampaikan bukan?
*
Untuk malapeh taragak jo kawan lamo melepaskan kerinduan kepada seorang teman lama, Ando menyediakan waktu untuk bersama-sama dengan Putireno. Kami bicara berbagai hal. Kadang-kadang kami bertengkar, marah-marah, saling menuding dan memaki-maki. Sekali-sekali kami seperti kanak-kanak, tertawa cekikikan saling remas-remasan rambut. Mandi bersama dan saling berolok-olok terhadap bentuk tubuh yang sudah berubah. Membicarakan anak-anak kami yang semuanya sudah dewasa. Semua yang terasa, semua yang terpikirkan, kami diskusikan sampai larut malam dan masing-masing saling meluahkan rasa sesal, rasa tak berdaya, rasa tertipu dan merasa-rasakannya. Seakan kami berada dalam situasi yang sangat damai, bebas merdeka, tidak ada basa-basi, tidak ada rasa was-was dan permusuhan. Begitulah Sinan, apabila satu sama lain sudah saling dekat dan menyatu, dunia ini langsung tercipta menjadi sebuah dunia yang aman dan damai. Akan tetapi bila satu sama lain saling tertutup, saling tak percaya, saling bercuriga, menyimpan dendam masa lalu, rasa bermusuhan yang tidak kunjung dapat dihilangkan, rasa bersaing yang terus menerus, rasa berkelompok-kelompok sehingga satu sama lain menjadi eksklusif, berpartai-partai dengan berbagai intrik dan fitnah, dunia ini pasti akan serasa terkotak-kotak, sempit dan setiap detik nyawa serasa berada dalam ancaman.
Putireno setiap selesai sembahyang subuh dia selalu menulis. Diam-diam dihidupkan laptopnya dan jari-jari tangannya yang panjang-panjang itu bermain lincah menyentuh tuts-tuts keyboard. Kacamatanya semakin lama semakin melorot sampai batas hidungnya yang mancungnya lari ke dalam itu. Disangkanya Ando tidak tahu apa yang dikerjakan, karena Ando setiap selesai subuh Ando selalu berzikir, tafakur dan kadang-kadang membaca al-Quran. Sebenarnya Ando sangat memperhatikan setiap gerak yang dilakukannya selama berada di samping Ando.
Ketika Ando tanyakan, apakah dia menulis sebuah novel atau makalah, Putireno menggeleng. Sesuatu yang tidak menarik buat orang lain, katanya sambil memperbaiki letak kacamatanya. Ando penasaran juga. Apa benarlah yang ditulisnya. Katanya dia pulang untuk mengurus warisan kaumnya, apa pula yang harus ditulis-tulis? Sewaktu Putireno menemui beberapa orang tamunya yang datang dari Pahang, kesempatan itu Ando gunakan mengutak-atik laptopnya yang masih menyala. Ando ingin tahu, apa benar yang telah ditulisnya? Kenapa dikatakannya tulisannya tidak ada gunanya untuk orang lain? Ando ingin membuktikan apa yang dikatakannya. Benarkah apa yang telah ditulisnya itu tidak menarik? Tidak menarik untuk siapa? Untuk Ando? Untuk Sinan? Atau untuk dirinya sendiri?
Ando klik Window Explorer. Keluar banyak sekali direktori yang bersusun sampai ke bawah layar monitornya. Mata Ando terpaut dengan sebuah direktori dengan teks huruf kapital; DYD Raja Pagaruyung. Langsung saja Ando klik direktori ini. Wah! Sederet direktori lagi muncul; Silsilah, Tambo, Ranji, Raja, Tokoh, Kaum, Keluarga, Foto, Istano dan beberapa lagi. Ando klik lagi direktori Istano, beberapa file beruntun turut seperti baru saja diluncurkan dari atas layar monitor. Banyak sekali nama-nama filenya. Beberapa buah nama file itu adalah nama-nama yang pernah Ando temukan dalam beberapa buku bacaan dan pernah pula Ando diskusikan dengan bapak anak-anak Ando. Muning Syah, Reno Sori, Reno Sumpu, Yang Dipertuan Gadis, Istano Silinduang Bulan, Ranji Limbago, Silsilah DYD, Alam Surambi Sungai Pagu, Negeri Sembilan, Kinali, dan entah apa lagi yang Ando kurang perhatikan, karena mata Ando tertuju pada beberapa file yang memakai nama-nama yang Ando kenal.
Mulanya, Ando klik file Muningsyah. Laptop canggih ini segera berganti layar dengan teks sebagai berikut;

YANG DI PERTUAN SULTAN ALAM MUNINGSYAH

(dari berbagai sumber)
Tuanku Raja Muning Alamsyah atau juga yang disebut Yang Dipertuan Sultan Alam Muningsyah adalah raja alam Pagaruyung yang secara luar biasa selamat dari tragedi pembunuhan di Koto Tangah, Tanah Datar pada tahun 1809 dalam masa Perang Paderi berkecamuk di Minangkabau. Tahun terjadinya tragedi ini dipertikaikan. Christine Dobin mencatatkan dalam Kebangkitan Islam Dalam Ekonomi Petani Yang Sedang Berubah, (Inis, Jakarta 1992) tragedi tersebut terjadi pada tahun 1815, sebagaimana yang juga ditulis Rusli Amran dalam Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang, (Sinar Harapan, Jakarta 1981).
Menurut A.A.Navis dalam Alam Terkembang Jadi Guru (Penerbit PT Pustaka Grafiti pers, Jakarta 1984 cetakan pertama) tragedi tersebut bermula dari pertengkaran antara kaum Paderi dengan kaum adat yang diwakili oleh raja beserta pembesar kerajaan lainnya. Menurut MD Mansur dkk. dalam Sejarah Minangkabau (Penerbit Bharata, Jakarta, 1970) perundingan tersebut diadakan pada tahun 1809. Padamulanya dilakukan dengan iktikad baik oleh Tuanku Lintau, telah beralih menjadi sebuah pertengkaran. Menurut Dr.Muhammad Zafar Iqbal dalam bukunya “Kafilah Budaya” yang diterbitkan oleh Citra Jakarta 2006 menyatakan pada tahun 1809 orang-orang Wahabi di Kototangah melakukan pembunuhan masal terhadap Sultan Minangkabau, keluarga dan para pengikutnya yang merupakan para pemeluk mazhab Syi’ah Qaramitah. Menurut Muhamad Radjab dalam bukunya Perang Paderi, (Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1964 cetakan kedua) hal itu terjadi juga pada tahun 1809. Karena ikut campurnya Tuanku Lelo, salah seorang tokoh Paderi yang ambisius dari Tapanuli Selatan. Beberapa orang dari keluarga raja seperti Tuanku Rajo Naro, Tuanku di Talang dan seorang putra raja lainnya dituduh tidak menjalankan aqidah Islam secara benar, oleh karena itu mereka anggap kapir dan harus dibunuh. Perundingan berubah menjadi pertengkaran dan berlanjut menjadi pembunuhan. Semua rombongan raja beserta Basa Ampek Balai dan para penghulu lainnya terbunuh. Daulat Yang Dipertuan Muningsyah dapat menyelamatkan diri dengan cara yang ajaib sekali. Baginda bersama cucu perempuannya Puti Reno Sori menghindar ke Lubuk Jambi Kuantan.
Menurut silsilah raja-raja Pagaruyung, Puti Reno Sori bersaudara dengan Sultan Alam Bagagar Syah, pada masa yang sama menyingkir ke Padang. Sultan Alam Bagagar Syah, Puti Reno Sori dan tiga saudara mereka lainnya adalah anak dari Tuan Gadih Puti Reno Janji dan ayahnya Yang Dipertuan Fatah. Sewaktu Sultan Alam Bagagar Syah dinobatkan menjadi raja alam menggantikan datuknya Sultan Alam Muningsyah, saudara sepupunya Sultan Abdul Jalil Yamtuan Garang yang berada di Buo dikukuhkan menjadi Raja Adat dengan gelar Yang Dipertuan Sembahyang II.
A.A. Navis dalam Alam Terkembang Jadi Guru, mencatat bahwa Daulat Yang Dipertuan Muningsyah wafat pada 1825 dalam usia 80 tahun. Baginda dimakamkan di pemakaman raja-raja Minangkabau, ustano rajo di Pagaruyung.
Sinan! Ando jadi heran sendiri. Apa Putireno ini seorang ahli sejarah? Kenapa dia harus menulis Raja Pagaruyung itu seperti orang yang sedang menyiapkan sebuah buku? Tapi nantilah Sinan. Nanti kita diskusikan. Ini menarik sekali.
Kemudian Ando klik file Sutan Alam Bagagar Syah, segera keluar teksnya;

DAULAT YANG DIPERTUAN
SULTAN ALAM BAGAGAR SYAH
Raja Alam Pagaruyung
(ringkasan dari beberapa rujukan)
Berdasarkan Silsilah Ahli Waris Daulat yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung, Daulat Yang Dipertuan Sultan Tangkal Alam Bagagar Syah yang dikenal juga dengan panggilan Yang Dipertuan Hitam mempunyai empat orang saudara; Puti Reno Sori, Tuan Gadih Tembong, Tuan Bujang Nan Bakundi dan Yang Dipertuan Batuhampar, hasil perkawinan dari Daulat yang Dipertuan Sultan Alam Muningsyah (II) yang juga dikenal dengan kebesarannya Sultan Abdul Fatah Sultan Abdul Jalil (I) dengan Puti Reno Janji Tuan Gadih Pagaruyung XI.
Daulat Yang Dipertuan Sultan Tangkal Alam Bagagar Syah menikah pertama kali dengan Siti Badi’ah dari Padang mempunyai empat orang putera yaitu: Sutan Mangun Tuah, Siti Hella Perhimpunan, Sutan Oyong (Sutan Bagalib Alam) dan Siti Sari Gumilan.
Dengan isteri keduanya Puti Lenggogeni (kemenakan Tuan Panitahan Sungai Tarab) mempunyai satu orang putera yaitu Sutan Mangun (yang kemudian menjadi Tuan Panitahan SungaiTarab salah seorang dari Basa Ampek Balai dari Kerajaan Pagaruyung).Sutan Mangun menikah dengan Puti Reno Sumpu Tuan Gadih Pagaruyung ke XIII (anak Puti Reno Sori Tuan Gadih Pagaruyung XII dan kemenakan kandung dari Sultan Alam Bagagarsyah).
Dengan isteri ketiganya Tuan Gadih Saruaso (kemenakan Indomo Saruaso, salah seorang Basa Ampek Balai Kerajaan Pagaruyung) mempunyai putera satu orang: Sutan Simawang Saruaso (yang kemudian menjadi Indomo Saruaso).
Dengan isteri keempatnya Tuan Gadih Gapuak (kemenakan Tuan Makhudum Sumanik) mempunyai putera dua orang yaitu Sutan Abdul Hadis (yang kemudian menjadi Tuan Makhudum Sumanik salah seorang Basa Ampek Balai dari Kerajaan Pagaruyung) dan Puti Mariam. Sutan Abdul Hadis mempunyai delapan orang putera yaitu: Sutan Badrunsyah, Puti Lumuik, Puti Cayo Lauik, Sutan Palangai, Sutan Buyung Hitam, Sutan Karadesa, Sutan M.Suid dan Sutan Abdulah. Puti Mariam mempunyai dua orang putera; Sutan Muhammad Yakub dan Sutan Muhammad Yafas (kemudian menjadi Tuan Makhudum Sumanik)
Adik perempuan dari Daulat Sultan Alam Bagagarsyah yaitu Puti Reno Sori yang kemudian dinobatkan menjadi Tuan Gadih Pagaruyung XII menikah dengan saudara sepupunya Daulat Yang Dipertuan Sultan Abdul Jalil Yamtuan Garang Yang Dipertuan Sembahyang II Raja Adat Pagaruyung, mempunyai seorang puteri yaitu Puti Reno Sumpu Tuan Gadih Pagaruyung XIII. Puti Reno Sumpu dengan suami pertamanya Sutan Ismail Raja Gunuang Sahilan mempunyai seorang puteri; Puti Sutan Abdul Majid. Sedangkan dengan suami keduanya; Sutan Mangun Tuan Panitahan Sungai Tarab (putera dari Sultan Alam Bagagarsyah) mempunyai seorang puteri; Puti Reno Saiyah Tuan Gadih Mudo (Tuan Gadih ke XIV). Puti Reno Saiyah ini menikah dengan Sutan Badrunsyah Penghulu Kepala Nagari Sumanik (putera dari Sutan Abdul Hadis dan cucu dari Sultan Alam Bagagarsyah) mempunyai putera empat orang yaitu: Puti Reno Aminah Tuan Gadih Hitam Tuan Gadih Ke XV, Puti Reno Halimah Tuan Gadih Kuniang, Puti Reno Fatimah Tuan Gadih Etek dan Sultan Ibrahim Tuanku Ketek.
Puti Reno Aminah dengan suami pertamanya Datuk Rangkayo Basa, Penghulu Kepala Nagari Tanjung Sungayang mempunyai seorang puteri; Puti Reno Dismah Tuan Gadih Gadang (Tuan Gadih Pagaruyung XVI) dan dengan suami keduanya Datuk Rangkayo Tangah dari Bukit Gombak mempunyai putera satu orang; Sutan Usman Tuanku Tuo.
Puti Reno Dismah Tuan Gadih Gadang menikah dengan Sutan Muhammad Thaib Datuk Penghulu Besar (ibunya Puti Siti Marad adalah cucu dari Sutan Abdul Hadis dan cicit dari Sultan Alam Bagagarsyah, sedangkan ayahnya Sutan Muhammad Yafas adalah anak dari Puti Mariam dan cucu dari Sultan Alam Bagagarsyah) mempunyai putera enam orang: Puti Reno Soraya Thaib, Puti Reno Raudhatuljannah Thaib, Sutan Muhammad Thaib Tuanku Mudo Mangkuto Alam, Puti Reno Yuniarti Thaib, Sutan Muhammad Farid Thaib, Puti Reno Rahimah Thaib.
Sutan Usman Tuanku Tuo menikah dengan Rosnidar dari Tiga Batur (cicit dari Sutan Mangun anak Sutan Alam Bagagarsyah) mempunyai putera delapan orang: Puti Rahmah Usman, Puti Mardiani Usman, Sutan Akmal Usman Khatib Sampono, Sutan M .Ridwan Usman Datuk Sangguno, Sutan Rusdi Usman Khatib Muhammad, Puti Rasyidah Usman, Puti Widya Usman, Sutan Rusman Usman, Puti Sri Darma Usman.
Puti Reno Halimah Tuan Gadih Kuniang tidak mempunyai putera.
Puti Reno Fatimah Tuan Gadih Etek menikah dengan Ibrahim Malin Pahlawan dari Bukit Gombak mempunyai putera tiga orang; Puti Reno Nurfatimah Tuan Gadih Angah, Puti Reno Fatima Zahara Tuan Gadih Etek dan Sutan Ismail Tuanku Mudo.
Puti Reno Nurfatimah Tuan Gadih Angah menikah dengan Sy.Datuk Marajo dari Pagaruyung mempunyai seorang putera; Sutan Syafrizal Tuan Bujang Muningsyah Alam.
Puti Reno Fatima Zahara menikah dengan Sutan Pingai Datuk Sinaro Patiah Tanjung Barulak (adalah cicit dari Puti Fatimah dan piut dari Sultan Abdul Jalil Yamtuan Garang Yang Dipertuan Sembahyang ) II mempunyai putera delapan orang; Sutan Indra Warmansyah Tuanku Mudo Mangkuto Alam, Sutan Indra Firmansyah, Sutan Indra Gusmansyah, Puti Reno Endah Juita, Sutan Indra Rusmansyah, Puti Reno Revita, Sutan Nirwansyah Tuan Bujang Bakilap Alam, Sutan Muhammad Yusuf.
Sutan Ismail Tuanku Mudo menikah dengan Yusniar dari Saruaso (adalah cicit dari Yam Tuan Simawang anak Sultan Alam Bagagarsyah) mempunyai putera tujuh orang; Sutan Fadlullah, Puti Titi Hayati, Sutan Satyagraha, Sutan Rachmat Astra Wardana, Sutan Muhammad Thamrinul Hijrah, Puti Huriati, Sutan Lukmanul Hakim.
Sutan Ibrahim Tuanku Ketek dengan isteri pertamanya Dayang Fatimah dari Batipuh (kemenakan Tuan Gadang Batipuh) mempunyai seorang putera; Sutan Syaiful Anwar Datuk Pamuncak; dengan istri keduanya Nurlela dari Padang mempunyai seorang putera: Sutan Ibramsyah dan isteri ketiganya Rosmalini dari Buo mempunyai puteri dua orang: Puti Roswita dan Puti Roswati.
Dari kutipan Silsilah Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung dapat dilihat bahwa ahli waris baik berdasarkan garis matrilineal maupun patrilineal adalah anakcucu dari Puti Reno Sumpu Tuan Gadih Pagaruyung ke XIII yang sampai sekarang mewarisi dan mendiami Istano Si Linduang Bulan di Balai Janggo Pagaruyung Batusangkar.
Setelah mamaknya Sultan Alam Bagagarsyah ditangkap Belanda pada tanggal 2 Mei 1833 dan dibuang ke Batavia dan ayahnya Daulat Yang Dipertuan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II mangkat di Muara Lembu, maka Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu dijemput oleh Datuk-datuk Yang bertujuh untuk kembali ke Pagaruyung melanjutkan tugas mamak dan sekaligus tugas ayahnya sebagai Raja Alam dan Raja Adat.
Sesampainya di Pagaruyung, ternyata tidak ada lagi istana yang berdiri di Pagaruyung karena telah dibumi hanguskan. Kemudian pemerintah Belanda menawarkan bantuan untuk mendirikan istananya di Gudam atau di Kampung Tengah atau di Balai Janggo. Beliau memilih mendirikan istananya di Balai Janggo dengan alasan dekat dengan padangnya, Padang Siminyak (diceritakan oleh cucu beliau Puti Reno Aminah Tuan Gadih Hitam kepada penulis). Nama Istano Si Linduang Bulan kembali dipakai (nama istana tempat kediaman Raja Pagaruyung sejak dulu) untuk nama istana yang baru itu, sekaligus sebagai pengganti dari istana-istana raja Pagaruyung yang terbakar semasa Perang Paderi.
Istana Si Linduang Bulan ini kemudian terbakar lagi pada tanggal 3 Agustus 1961. Atas prakarsa Sutan Oesman Tuanku Tuo ahli waris Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung beserta anak cucu dan keturunan; Tan Sri Raja Khalid dan Raja Syahmenan dari Negeri Sembilan, Azwar Anas Datuk Rajo Sulaiman, Aminuzal Amin Datuk Rajo Batuah, bersama-sama Sapiah Balahan, Kuduang Karatan, Timbang Pacahan, Kapak Radai dari Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung serta Basa Ampek Balai dan Datuk Nan Batujuh Pagaruyung, Istana Si Linduang Bulan dibangun kembali dan diresmikan pada tahun 1989.
*
Ando semakin tak percaya bahwa Putireno itu seorang sastrawan, lebih tepat kalau dia jadi sejarawan. Tapi biarlah Sinan. Sebentar lagi mungkin Putireno selesai dengan tamunya yang dari Pahang itu. Kalau dia tahu Ando telah mengutak-atik laptopnya, bisa-bisa kami akan saling bertengkar dan saling menuding lagi atau sebaliknya, tertawa cekikikan. Namun, Ando tetap saja tidak puas akan karangan-karangan yang ditulisnya. Lalu Ando klik lagi sebuah file, Abdul Jalil. Langsung ke luar teks;
SULTAN ABDUL JALIL YANG DIPERTUAN SEMBAHYANG
Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II pada usia yang sangat muda tahun 1821 telah dinobatkan sebagai Raja Ibadat di Sumpur Kudus. Tak lama kemudian pada tahun 1825 diapun dinobatkan sebagai Raja Adat di Buo dan jabatan raja ibadat tetap dipangkunya. Pada tahun 1833 Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang dikawinkan dengan Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sori dengan status permaisuri dan melahirkan seorang anak yang bernama Puti Reno Sumpu yang lahir pada tahun 1834. Setelah Belanda menangkap dan mengasingkan Sultan Alam Bagagarsyah Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung pada tahun 1833, secara otomatis Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan sembahyang II memegang kekuasaan Raja Alam Pagaruyung. Dengan Demikian Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang adalah orang pertama dari kerabat Diraja Pagaruyung yang menduduki tiga tahta dari Raja Nan Tigo Selo.
Pada tahun 1840 Belanda mengajak Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang untuk berunding di Limo Kaum Batusangkar, dalam perundingan itu Belanda mengusulkan agar Sultan Abdul Jalil kembali bertahta di Pagaruyung dan akan dibangun istana yang megah dan diberi tunjangan sebesar 2.000 gulden tiap bulannya. Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II mengajukan syarat, dia baru mau berunding membicarakan hal tersebut setelah kakak sepupunya dikembalikan ke Pagaruyung. Belanda secara tegas menolak persyaratan tersebut dan akhirnya perundingan itu bubar tanpa hasil. Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II kembali ke tempat pengungsiannya di Sumpur Kudus.
Beliau kembali didaulat oleh Basa Ampek Balai dan Datuak Bandaro Kuniang Limo Kaum untuk mempertimbangkan tawaran Belanda tersebut. Tapi secara tegas beliau menjawab dengan ucapan “ Denai indak akan manjua Ranah Minang ko untuak mandape’an kasanangan duniawi apo lai mengorbankan rakyat, memang gadang tunjangan 2.000 gulden tio’ bulannyo yang diagiah dek Belando tapi katahuilah akan jauah balipek gando yang dipunguik dek balando dari rakyat, oleh sebab itu bialah denai malanjui’an palawananko terhadap Balando dari Sumpur Kudus”. Sebagai sikap tegas Sultan Abdul jalil Yang Dipertuan Sembahyang II tersebut maka Belanda mendirikan benteng dan pusat perlawanan di Buo, dari situlah Belanda secara sistematis baik melalui serangan-serangan bersenjata maupun politik adu domba menekan perlawanan Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II dari Sumpur Kudus.
Akibat tekanan terus menerus dari Belanda akhirnya Sultan Abdul jalil Yang dipertuan Sembahyang II memindahkan pusat pemerintahan di pengungsian ke Muara Lembu Kuantan Singingi. Ke Muara Lembu inilah Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II menghindar.
Pada tahun 1869 beliau berangkat menuju Singapura guna meneruskan perjalanan ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Akan tetapi dalam perjalanannya tersebut mengiliri Batang Kuantan sesampainya di negeri Cerenti beliau mengalami sakit yang akhirnya beliau mangkat dan dimakamkan di negeri Cerenti. Disamping mempunyai permaisuri beliau juga mempunyai tiga orang istri lainnya yaitu Ociek Cute dari nagari Cubadak Limo Kaum melahirkan seorang putri bernama Ociek Puti Salasai. Istri lainnya adalah Ociek Puti Fatimah Tanjuang Barulak dan Ociek Lintau di tepi Selo Lintau.
Ando klik sebuah file lagi, ke luar teks;
YANG DIPERTUAN GADIS PUTI RENO SUMPU
Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung terakhir
Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sumpu dikenal juga dengan Dipertuan Gadih Bungkuak karena diusia tuanya bungkuk dan Yang Dipertuan Gadih Berbulu Lidah karena lidahnya berbulu adalah seorang bangsawan dari dinasti Kerajaan Pagaruyung yang dilahirkan pada tahun 1836 dinegeri yang bernama Sumpur Kudus dari ayahnya yang bernama Sultan Abdul Jalil gelar Yang Dipertuan Sembahyang II dengan permaisuri yang bernama Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sori atau biasa juga dipanggil Yang Dipertuan Gadis Halus.
Puti ini diberi nama Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sumpu karena ia dilahirkan di tempat pengungsian keluarga raja-raja Pagaruyung di Sumpur Kudus. Setelah terjadi tragedi berdarah dengan dilakukannya pembunuhan dan perburuan besar-besaran yang dilakukan terhadap kerabat Diraja Pagaruyung oleh tentara Padri dibawah pimpinan Tuanku Lelo di Kototangah tahun 1809. Sultan Abdul Jalil gelar Yang Dipertuan Sembahyang II kawin dengan permaisurinya Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sori adalah perkawinan dalam lingkungan keluarga dekat karena Sultan Abdul Jalil gelar Yang Dipertuan Sembahyang II adalah kemenakan dari ayah Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sori yaitu Yang Dipertuan Patah. Sedangkan Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sori adalah adik kandung dari Sultan Alam Bagagarsyah. Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II adalah pengganti Raja Alam Minangkabau Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarsyah. Setelah Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarsyah ditangkap dan diasingkan ke Betawi pada tahun 1833 dengan tuduhan melakukan pemberontakan dan pengkhianatan terhadap kekuasaan kolonial Belanda. Sebelum menduduki tahta Raja Alam Pagaruyung Sultan Abdul jalil Yang Dipertuan Sembahyang II telah menjadi Raja Ibadat di Sumpur Kudus dan juga Raja Adat di Buo. Dengan demikian berarti Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II pada waktu menduduki tahta Raja Alam Pagaruyung sekaligus juga menjadi Raja Ibadat di Sumpur Kudus dan Raja Adat di Buo. Hal ini disebabkan pada saat itu dialah satu-satunya kerabat Diraja yang laki-laki telah dewasa. Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II beserta permaisurinya Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sori serta satu-satunya putri mahkota yang bernama Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu terpaksa memindahkan pusat pemerintahan sementara dari Sumpur Kudus ke Muara Lembu Kuantan Singingi. Setelah didesak terus oleh pasukan Belanda yang berpusat di Batusangkar dan di Buo. Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II kemudian mangkat dalam pengungsiannya dan dimakamkan di Ustano Rajo di pinggir sungai Batang Kuantan di nagari Cerenti.
Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu dinobatkan sebagai Raja Alam Pagaruyung menggantikan almarhum ayahnya Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II dan masih bertahta dipengungsiannya di Muara Lembu Kuantan Singingi. Tidak lama kemudian Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu menikah dengan Tuanku Ismail gelar Yang Dipertuan Gunung Hijau seorang raja dari kerajaan Gunung Sahilan Darussalam. Dari perkawinan ini lahirlah seorang anak perempuan yang bernama Puti Reno Sultan Abdul Majid yaitu nama yang sudah disediakan jauh-jauh hari sebelumnya karena mengharapkan seorang anak laki-laki. Pada tahun 1869 Basa Ampek Balai serta Niniak Mamak Nan Batujuah dari Pagaruyung dengan persetujuan residen Belanda di Padang menjemput dan mendaulat yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu untuk kembali ke Pagaruyung. Dalam perjalanan rombongan Basa Ampek Balai dan Niniak Mamak Nan Tujuah dari Pagaruyung terjadi pengkhianatan yang dilakukan seorang bernama Umar Atuak Kancia dengan maksud menggagalkan upaya menjemput atau mengembalikan Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu ke Pagaruyung. Pengkhianat tersebut dibunuh oleh Datuak Bijayo dan Datuak Rajo Aceh. Setelah kembali ke Pagaruyung Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu membangun kembali istananya di Balai Janggo di bekas Istana Silinduang Bulan yang dibumihanguskan oleh pasukan Padri pada tahun 1821. Untuk menunjang kehidupan keluarga Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu Belanda memberi tunjangan Onderstand. Disebabkan suaminya Sultan Ismail Yang Dipertuan Gunung Hijau, Raja kerajaan Gunung Sahilan tidak dapat lama-lama meninggalkan kerajaannya dan setelah beberapa lama mendampingi istrinya akhirnya ia kembali ke Gunung Sahilan dan mereka bercerai. Sebagai gantinya Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu kemudian menikah dengan perdana Mentrinya yaitu Sultan Mangun gelar Datuak Bandaro Putiah Tuanku Penitahan Sungai Tarab. Sultan Mangun adalah anak dari Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung Sultan Alam Bagagarsyah (mamak kanduang dari Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu). Dan melahirkan anak yang bernama Puti Reno Saiyah gelar Yang Dipertuan Gadih Mudo. Setelah dewasa Puti Reno Saiyah Yang Dipertuan Gadih Mudo menikah dengan Sutan Badrun Syah Penghulu kepala Nagari Sumaniak. Sutan badrun Syah ini anak tertua dari Sultan Abdul Hadis Makhudum Syah Sumaniak sedangkan Sultan Abdul Hadis ini anak dari Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagarsyah, dari perkawinan inilah lahir 4 (empat) orang anak yaitu;
1. Puti Reno Aminah Gelar Yang Dipertuan Gadih Hitam
2. Puti Reno Halimah Gelar Yang Dipertuan Gadih Kuniang
3. Puti Reno Fatimah Gelar Yang Dipertuan gadih Ketek
4. Sultan Ibrahim Gelar Yang Dipertuan Tuanku Ketek
Sedangkan kakaknya Puti Reno Sultan Abdul Majid tidak menikah sampai akhir hayatnya.
Dalam kiprahnya setelah kembali ke Pagaruyung ada beberapa keberhasilan yang patut dicatat dari yang Dipertuan gadih Puti Reno Sumpu;
1. Secara berangsur-angsur beliau menata kembali susunan pemerintahan adat, setelah diporak-porandakan oleh para pasukan Padri dan Belanda
2. Menata kembali tata hubungan Pagaruyung dengan raja-raja dari Sapiah Balahan, Kuduang Karatan dan dengan Kapak Radai, Timbang Pacahan dari kerajaan Pagaruyung.
3. Atas usul beliau Belanda membangun jalan tembus dari Batusangkar ke Lintau, Batusangkar ke baso dan jalan Lingkar Pagaruyung dari Batusangkar ke Sawahlunto dan Batusangkar ke Sitangkai.
4. Atas jaminan pribadinya membebaskan datuk-datuk di Pagaruyung dan Padang Lua III Koto yang memimpin perlawanan terhadap Belanda guna menentang perlakuan perlakuan Blasting (perpajakan) yang memberatkan rakyat.
Dari keempat cucu Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu inilah keturunan pewaris Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung yang ada sekarang. Yang Dipertuan Gadih Reno Sumpu akhirnya mangkat pada tahun 1912 pada usianya yang ke 76 tahun.
(dari beberapa catatan keluargaku)
Putireno muncul di pintu ruang tengah. Tamu-tamunya sudah pergi. Tampaknya dia puas sekali, karena dikunjungi oleh kaum kerabatnya dari Pahang. Dilihatnya Ando sedang berada di depan laptopnya. Dia terkejut segera berlari mendekati Ando. Langsung dia merangkul Ando dan menyeret Ando menjauh dari laptopnya. Dia tidak marah, tidak memaki-maki, tetapi dia hanya menarik nafas panjang sambil melihat Ando dengan arif.
Malamnya, Ando terlibat diskusi dengan Putireno. Diskusi yang panjang, penuh dengan kelakar dan teriak-teriakan melepaskan emosi-emosi yang tertahan. Setalah kami sembahyang Isya, dibukanya kembali laptopnya. Dipersilahkannya Ando melihat apa yang Ando mau lihat. Heran. Kenapa dia membuka catatan-catatan keluarganya pada malam seperti ini. Ando mengangguk, karena setuju untuk mengetahui dirinya lebih banyak.
Dikliknya sebuah file, sederet teks muncul. Ando melotot melihatnya.

ISTANO SI LINDUANG BULAN

Rumah Gadang Tuan Gadih Pagaruyung Istano Si Linduang Bulan yang berdiri di Melayu Ujung Kapalo Koto atau di Balai Janggo Pagaruyung kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat adalah rumah pusaka dari Keluarga Besar Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung. Diresmikan pada tanggal 21 dan 23 Desember 1989. Merupakan pengganti Rumah Tuan Gadih Pagaruyung Istano Si Linduang Bulan yang terbakar pada 3 Agustus 1961. Merupakan untaian dari sejarah yang panjang yang tak terputuskan dari masa kerajaan Pagaruyung tempo dulu.
Nama Si Linduang Bulan adalah nama yang diberikan kepada Istana Raja Pagaruyung setelah dipindahkan dari Ulak Tanjuang Bungo ke Balai Janggo pada tahun 1550 oleh Daulat Yang Dipertuan Raja Gamuyang Sultan Bakilap Alam (Sultan Alif Kalifatullah Johan Berdaulat Fil’Alam I) Raja Alam sekaligus memegang jabatan Raja Adat dan Raja Ibadat Pagaruyung, sebagai penanda awalnya perhitungan tahun menurut tarikh Islam, sekaligus berlakunya secara resmi hukum syariat Islam di seluruh kerajaan Pagaruyung menggantikan hukum-hukum yang bersumber dari agama Budha Tantrayana. Kemudian Istano Si Linduang Bulan ini di renovasi/ dibangun lagi pada tahun 1750, karena Istano lama telah tua dan mulai runtuh. Pada tahun 1821 Istano Si Linduang Bulan terbakar dalam kecamuk Perang Padri. Pada tahun 1869 Istano Si Linduang Bulan dibangun lagi oleh Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu kemenakan kandung dari Sultan Tangkal Syariful Alam Bagagar Syah Yang Dipertuan Hitam dan anak dari Yang Dipertuan Gadih Reno Sori dengan Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang II (pemegang jabatan Raja Adat, Raja Ibadat dan Raja Alam) setelah Sultan Tangkal Syariful Alam Bagagar Syah Yang Dipertuan Hitam dibuang Belanda Ke Betawi. Istano Si Linduang Bulan yang ada sekarang didirikan kembali di tapak Istano yang terbakar pada tahun 1961. Pembangunannya dimulai pada tahun 1987 dan diresmikan pada tahun 1989. Diprakarsai oleh Drs. Sutan Oesman Yang Dipertuan Tuanku Tuo Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung, Tan Sri Raja Khalid bin H. Raja Harun, Raja Syahmenan bin H.Raja Harun, Aminuzal Amin Datuk Raja Batuah, Basa Ampek Balai, ninik mamak Nagari Pagaruyung, anak cucu keturunan dari Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dalam kaitannya sebagai “Sapiah Balahan, Kuduang Karatan”. Kemudian didorong sepenuhnya oleh Ir. H. Azwar Anas Gubenur Sumatera Barat.
Sedangkan pembangunan Istano Si Linduang Bulan dibiayai secara bersama oleh keluarga ahli waris dan anak cucu keturunan serta zuriat dari Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung beserta masyarakat adat.
Peresmiannya dilakukan dalam sebuah upacara adat kebesaran, melibatkan para pemangku adat se alam Minangkabau: Basa Ampek Balai, Tuan Gadang Batipuah, Tampuak Tangkai Alam di Pariangan, Gajah Gadang Patah Gadiang di Limo Kaum, Simarajo Nan Sambilan, Langgam Nan Tujuah, Lubuak Nan Tigo, Tanjuang Nan Ampek, Sapiah Balahan Kuduang Karatan, Kapak Radai, Timbang Pacahan dan zuriat keturunan Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung. Dihadiri para pejabat Tinggi Negara, Pemerintah Daerah Sumatera Barat, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kodya se Sumatera Barat. Serta Undangan Khusus yang datang dari Kerabat Raja Negeri Sembilan, Sri Sultan Hamengkubuono X, dari Brunei Darussalam, keluarga Paku Alam dan Sisingamangaraja.
Di Pagaruyung terdapat dua buah istana. Pertama, Istano Si Linduang Bulan, yang berdiri di Balai Janggo Pagaruyung, sebagai istana pengganti dari istana raja yang terbakar, sebagaimana yang dijelaskan di atas. Kedua, Istano Basa, yang mulai dibangun pada tahun 1976 di Padang Siminyak Pagaruyung (letaknya satu kilometer dari Istano Si Linduang Bulan) di atas tanah milik keluarga ahli Waris Raja Pagaruyung yang dipijamkan kepada pemerintah selama bangunan tersebut masih berdiri. Istano Basa didirikan atas biaya sepenuhnya dari pemerintah daerah Sumatera Barat yang berfungsi sebagai musium dan objek kunjungan wisata, sedangkan istano Si Linduang Bulan dibiayai oleh ahli waris dan anak cucu keturunan dari Daulat yang Dipertuan Raja Pagaruyung.
Pada 27 Februari 2007 Istano Basa terbakar disambar petir meluluh lantakkan semua bangunan tersebut.
Ando tentu saja semakin heran dengan Putireno. Ternyata apa yang ada disekitarnya dicatatnya dengan lengkap dan baik. Ketika Ando menanyakan buat apa semua itu dilakukannya, Putireno tersenyum. Dijawabnya, hal ini sudah dikatakannya sejak awal, bahwa semua catatannya sangat tidak menarik bagi orang lain. Catatannya ini bukan bagian dari sebuah cerita penglipur lara, tetapi sebuah catatan yang perlu diketahui oleh anak cucu dan keturunan berikutnya.
*
Ando masih saja penasaran dengan dosen pertanian yang sok ahli sejarah ini. Namun, bagaimanapun juga Ando mencemoohnya, Ando tidak dapat menolak kenyataan, bahwa dari sekian banyak perempuan yang Ando temui, mungkin hanya Putireno inilah yang punya kesadaran terhadap nilai-nilai kesejarahan dari apa yang telah dialami. Ando saja, yang juga punya kesadaran terhadap peninggalan-peninggalan dan warisan-warisan, tetapi Ando tidak punya pikiran untuk mewariskan data, informasi kepada generasi yang akan datang kemudian. Apalagi, Ando ini orang Minang sejati. Tanda orang Minang sejati adalah, dia lebih percaya pada apa yang diucapkan daripada apa yang dituliskan. Itulah sebabnya dalam mamangan adatnya dinukilkan, nan pusako kato, yang dimaksud dengan pusaka adalah kata!
Beberapa hari menjelang kembali menjalankan tugas-tugas mengajarnya, Putireno tampak sekali sibuknya. Dia mencari sesuatu di kamarnya. Bongkar sana, bongkar sini, tidak ada sesuatu yang ditemukannya selain kesemrawutan ruangan. Dia letih dan duduk di tepi pintu. Malamnya, dia cepat tidur karena kesal, apa yang dicarinya tidak ditemukan. Ketika Ando akan mengganti pakaian, mengambil pakaian ganti di dalam lemari, sebundel kertas terperosok ke lantai. Ando kira kertas-kertas apa. Sudah kumal dan bahkan ada yang remuk.
Ando tidak bisa tidur malam itu. Pikiran Ando tersita dengan cara hidup Putireno, terutama kesadarannya mencatat semua apa yang dialami. Yang membuat Ando terpurangah adalah, semua yang ditulisnya itu adalah nama-nama raja Pagaruyung, yang mau tidak mau, disadari atau tidak adalah nenek moyang dari Putireno sendiri. Namun, selalu saja Putireno seakan tidak mengacuhkan hal itu, padahal dia membuat catatan yang lengkap dan rapi sekali.
Ketika Ando rebahkan badan untuk memulai berangkat tidur, bundelan kertas yang melongsor dari lemari dan masih tergeletak di lantai kamar, Ando ambil dengan malas dan membukanya. Ternyata tulisan-tulisan seperti susunan puisi. Ando langsung menebak, inilah rupanya yang dicari Putireno. Beberapa halaman Ando coba membacanya dengan malas. Akhirnya Ando duduk, membaca puisi-puisi itu. Masih dalam tulisan tangan. Ando segera bangunkan Putireno dan mengatakan, apakah yang dicarinya bundelan puisi-puisinya? Putireno mengangguk dan Ando memberikan bundelan itu.
Bukan main senangnya Putireno menemukan bundel puisinya. Dicium-ciumnya bundelan itu. Dibukanya halaman demi halaman dan perlahan-lahan dibacakannya pada Ando. Ini adalah catatan tentang mendirikan Istano Silinduang Bulan, katanya sambil mengambil kacamatanya.
KATAKANLAH
1.
Katakanlah
Rumah itu kembali berdiri
Atas kedermawanan dan kemuliaan hati
Yang kita bincang tentang
Kebanggaan sejarah dan turunan
Dalam beribu
Kata sandi
Akankah ku katakan
Di balik tirai dan tabirnya
Kebanggaan hilang
Kehormatan tergadai
Sejarah dipalsukan
Keperihan dalam tertelan
Dibungkus
Persaudaraan
2.
Katakanlah
Turunan itu turunanmu
Dirajut dalam silsilah panjang
Bermula dari Adam
Dan berakhir pada dirimu
Akankah ku katakan
Bersaudara kita mungkin
Sepusaka jelas bukan
Katakanlah
Dalam resah zaman ini
Akankah ku katakan
Semua kan jadi sejarah
Tersimpan dalam catatan
Terpahat di sini
Di gerbang perjalanan ini
1992
Ando yang tidak terlibat langsung dengan persoalan yang dihadapi Putireno terisak mendengar bagaimana dia membacakan puisinya. Ada semacam dendam yang dilulurnya dalam-dalam. Ketika Ando menghapus genang setetes air di ujung mata Ando, Putireno kembali melanjutkan membaca catatannya yang lain.
DI SEBERANG HALAMAN
Kepada Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sori)
Dari halaman ini
Kubaca
Kebencian dan dendam
Yang meluluh lantak panggung sejarah
Langit dan tanah merah jingga
Dalam gebalau peristiwa
Dari halaman ini
Kusimak
Langkah bergegas pasti
Menapaki pelarian panjang
Harum bunga tanjung
Tinggalkan tepian
Menghilir sungai sungai
Dari halaman ini
Kujalin helai helai rindu
Dalam rahimku
Dalam nafasku
Dari halaman ini
Sajakku menguak
Beribu dusta dan pengkhianatan
1992
Setelah membacakan puisi itu, dia mengatakan Tuan Gadih Puti Reno Sori adalah saudara perempuan Sultan Alam Bagagar Syah. Ibu dari Tuan Gadih Reno Sumpu. Nanti saya akan bacakan catatan saya tentang beliau, katanya. Dibukanya bundelan itu lebih teliti, dan dipisahkannya beberapa lembar kertas dan dibacanya.
DI SEBERANG SUARA
(Kepada Daulat Yang Dipertuan Hitam – Sultan Alam Bagagar Syah)
Kain cindai selempangmu
Bewarna tanah bunga kecubung
Melambai hidupku
Di sini
Masih kudengar getar suaramu:
“Pulanglah kau
Takkan kujejak lagi Pagaruyung”.
Pucuk rebung destarmu
Merah berpermata
Biru manikamnya
Di sini
Masih menikam diriku
Saat empat puluh pengiringmu
Pulang mengabarkan duka
Kau dibuang ke Tanah Jawa
Curik Simalagiri kerismu
Bertatah lukisan Bhairawa
Di sini
Masih terhunjam
Dalam nadiku
Saat mereka menyeretmu
Meninggalkan tanah pusaka
Segenggam saja
Segenggam tanah kuburmu
Kubawa juga pulang
Kusatukan dengan tapak
Kebanggaan negeri kita
Biar kau dibuang
Nisanmu berlumut
Dalam gunjing
Sepotong saja
Sepotong batu nisanmu
Kubawa juga pulang
Kutancapkan di pandam
Kebenaran
Segenggam saja
Segenggam tanah kuburmu
Kubawa juga pulang
Kusemai bagi turunanmu
Penyubur tumbuhnya kejujuran
Kuhidupkan
Dalam bait bait sajakku
1992
Sebelum dia melanjutkan membaca puisi berikutnya, dibukanya kacamatanya dan dikatakannya bahwa Pucuk rebung itu adalah nama dari salah satu motif tenunan Minangkabau sedangkan Bhairawa adalah gambar dewa bertatah emas pada keris yang dipakai Raja Adhityawarman. Kemudian dibacanya puisi yang lain.
DI SEBERANG WAKTU
(Kepada Daulat Yang Dipertuan Sembahyang)
Mungkinkan
Tirai pelaminan terangkat
Degup harap Reno Sori dipersandingkan
Di tepian rantau ini
Dan Yang Dipertuan Sembahyang
Tafakur dalam doa doanya
Mungkinkan
Langit peristiwa tersingkap
Hingga aku melihat
Kau masih bersila
Tunduk dalam zikir zikirmu
Di tepian zaman ini
Mungkinkan
Kelambu nasib terkuak
Hingga aku dapat menghitung
Merenungi kembali
Langkah langkahmu yang hilang
Di galau tepian ini
Mungkinkan
Jendela diriku terbuka
Di tepian waktu ini
Kan kubarut luka dukamu
Dengan rindu kanak kanakku
Di seberang waktu ini
Arus terus berpusar
Menjilati seluruh sendi hidup
Mungkinkan aku menemuiMu
1992
Putireno melanjutkan. Yang Dipertuan Sembahyang juga dikenal dengan nama Sultan Abdul Jalil. Seorang raja Pagaruyung yang sangat taat beribadat dan tidak mau menyerah pada penjajah. Lalu dibacanya puisinya yang lain.
DI SEBERANG HARI
(Kepada Yang Dipertuan Gadis Puti Reno Sumpu)
Entah siang dia datang
Entah malam dia tiba
Di jendela masa lalu
Berdiri antara tangis dan ratap
Bergegas pulang
Dalam gemuruh badai zaman
Melewati bulan dan matahari
Tahun dan musim
Menancapkan batu sandi
Di tanah yang dipilihnya
Sendiri
Entah berlalu siang
Entah berlalu malam
Di tirai hari ini
Antara sangsai dan sangsi
Menyusun kembali
Cermin hidup yang terserak
Menjalin kembali
Benang kasih yang kusut
Dengan tangannya
Sendiri
Entah sapa siapa
Entah tegur siapa
Di beranda dunia
Berdiri antara kisah dan sejarah
Terbungkuk beban harap
Antara kepunahan dan kehilangan
Jejak langkah
Membasuh kembali
Kehidupan yang kusam
Dengan jari jari
Perempuannya
Sendiri
Entah unggun siapa
Entah unggun di mana
Asapnya mengepul menabur harap
Dari cerana yang disuguhkannya
Menghirup aroma hidup
Zaman ini
1992
Putireno menangis. Dia tidak melanjutkan membacakan puisi-puisinya yang lain. Ketika Ando tanyakan kenapa menangis, dia dengan cepat melulur isakannya. Dengan terbata-bata dikatakannya bahwa dirinya sekarang dirasakannya seperti Puti Reno Sumpu itu. Tanpa ada saudara laki-laki, dia harus menyelesaikan persoalan warisan sejarah yang ditinggalkan oleh mamaknya Sultan Alam Bagagar Syah dan yang ditinggalkan ayahnya Sultan Abdul Jalil. Begitupun Putireno sekarang, semua warisan sejarah itu sedang digerogoti dari berbagai pihak, dan tidak banyak dari kaumnya yang punya perhatian dan memahami sejarah apalagi yang mampu untuk menjelaskan, mempertahankan apa yang menjadi bagian dalam perjalanan kehidupan dan keberadaan kaumnya.
*
Sebenarnya banyak hal yang ingin Ando dengar dari Sinan terhadap persoalan yang tengah dihadapi teman Ando itu. Sebab, pernah semalaman kami bicara tentang sesuatu yang belum Ando dengar. Bahkan sesuatu yang berada di luar perkiraan sama sekali. Dia mengharapkan agar Ando dapat menyimpan rahasia, apabila diceritakannya persoalan dirinya yang paling dalam. Andopun berjanji untuk tetap berahasia. Tetapi di sini pulalah naifnya Ando. Semakin banyak rahasia yang Ando ketahui, semakin menggebu-gebu keinginan Ando untuk menyampaikannya kepada Sinan. Mungkin Ando bisa Sinan tuduh sebagai seseorang yang tidak bisa menerima amanah, menyimpan rahasia. Itulah kekonyolan, kekurangan dan ketidakberdayaan Ando. Mungkin Ando tidak mampu menyimpan rahasia disebabkan Ando sangat terpengaruh oleh kalimat yang diucapkan Anggun Nan Tongga kepada ibunya; Rahasia apakah yang dapat disimpan selagi masih berada di bumi ini? Tak satupun! Aku ingin sesuatu yang jelas!
Teman Ando itu, Putireno, walaupun tampak sebagai perempuan yang tegar dan dingin, kadang-kadang sikap keningratannya muncul tanpa kendali, aristokrat, sesungguhnya dia adalah seorang perempuan yang lembut, kalau menurut istilah Ando sendiri, indak panyampai hati, tidak tega. Sampai sebelum dia berangkat subuh tadi, ujung matanya masih menyisakan setetes air yang dihapusnya dengan ujung selendangnya. Ando terharu dan memeluknya dengan sekuat-kuatnya, supaya Ando dapat merasakan apa yang dirasakannya.
Bayangkan Sinan, bagaimana dia dihukum oleh perasaan bersalah semenjak dia masih gadis kecil. Diceritakannya pada Ando, bahwa dia secara sengaja telah melanggar apa yang dilarang ibu dan neneknya. Ada sebuah kotak perak yang tidak terlalu besar, sengaja disimpan oleh neneknya di dalam tiang utama. Tiang utama itu terbuat dari kayu yang sangat besar, sebagaimana biasanya bangunan-bangunan lama lainnya. Di tiang itu dibuat sebuah ceruk untuk menyimpan kotak perak kecil itu. Kemudian ditutup lagi dengan potongan kayu agar tidak terlihat jelas. Oleh karena ada larangan dari nenek agar anak dan cucu tidak boleh melihat sebelum semuanya dewasa, keingintahuan Putireno semakin menjadi-jadi. Akhirnya dengan berbagai cara, dia dapat membuka kotak perak kecil itu.
Ketika kotak perak itu dibukanya, tiba-tiba membersit sebuah cahaya terang yang menyilaukan matanya. Cahaya itu hanya memancar beberapa saat. Setelah cahaya itu menghilang, tampak sebuah perhiasan sebesar lengkung kepala manusia dewasa. Mungkin emas berpermata, atau mutu manikam, atau entah apa. Beberapa saat kemudian Putireno pingsan. Semua keluarganya heboh, terlebih lagi nenek. Namun nenek tidak memberikan hukuman pada Putireno, tetapi justru tersedu sambil berucap; tidak semua warisan yang boleh diketahui dan dilihat. Warisan itu memang milik kita, tetapi tidak semua milik kita yang sanggup kita pandang. Sejak itu, setiap malam, nenek Putireno terus menangis, tetapi dia semakin sayang pada cucunya yang nakal itu. Seminggu setelah Putireno melihat warisan itu, istana terbakar.
Ketika Ando tanyakan, apa gerangan perhiasan yang tidak boleh dilihat sebelum waktunya itu? Mahkota, jawab Putireno bicara lirih. Dan kenapa nenek menyimpannya dengan begitu rahasia? Karena setiap orang akan berusaha merebut mahkota itu, jawab Putireno lagi.
Itulah peristiwa yang menyebabkan Putireno merasa bersalah sampai sekarang. Dia merasa bersalah untuk dua hal, pertama dia telah melanggar larangan neneknya. Kedua, dia telah melihat warisan keluarganya sebelum waktunya. Yang paling menyakitkannya adalah, istana terbakar setelah mahkota itu terbuka dari simpanannya. Rasa bersalah itu semakin hari semakin membesar. Apalagi sekarang, apa yang ditakutkan neneknya mulai terbukti. Setiap orang berusaha untuk jadi raja, dan setiap orang memerlukan sebuah mahkota.
Betul kan Sinan? Apa yang Ando rasakan ternyata sebuah kenyataan, setidak-tidaknya dalam kehidupan Putireno. Orang ingin jadi raja dan untuk itu diperlukan mahkota. Oleh karena mereka tidak pernah mendapatkan mahkota, apa saja yang mungkin dapat dianggap meyakinkan dirinya untuk menjadi raja, dijadikan benda-benda itu untuk melegitimasi dirinya. Mungkin pelegitimasian itu berbentuk keris, harta karun, gong atau benda-benda lainnya. Sebaliknya, Putirno dengan kaumnya, sengaja menyembunyikan mahkotanya.
Sampai di sini otak Ando berhenti berpikir. Bagaimana menurut Sinan persoalan yang kini tengah kita hadapi? Bagaimana kita bersikap terhadap orang-orang yang ingin menjadi raja tapi tanpa mahkota, sementara orang yang punya mahkota tidak mau memperlihatkan mahkotanya? Bagaimana Sinan?
Sementara Sinan berpikir mencari jawab, baiklah Ando teruskan apa yang menjadi obsesi Putireno dalam hidupnya. Dikatakannya pada Ando, sejak dia membuat kesalahan yang menurutnya adalah kesalahan paling fatal dalam hidupnya, di samping dia merasa bersalah, dia juga merasa berhutang. Berhutang kepada sejarah. Sekiranya mahkota itu tidak dilihatnya ketika masih gadis kecil, tetapi dalam umur yang sesuai untuk melihat dan menjamah warisan itu, tentulah persoalan warisan kaumnya tidak bernasib seperti sekarang. Sekarang ini, pusaka milik kaumnya digerogoti oleh orang-orang tertentu. Persoalan tanah, istana dan hak warisan sejarah. Orang-orang tertentu berusaha mengaburkan dan kemudian merampoknya. Itulah sebabnya dia pulang untuk mengurus segala yang menyangkut warisan kaumnya.
Tentu Sinan bertanya-tanya, masih adakah mahkota itu sekarang? Siapa yang menyimpannya? Bila mahkota itu akan dapat dilihat? Siapa di antara keluarga kaum Putireno yang akan memakainya? Benarkah yang akan menerima mahkota itu adalah salah seorang dari generasi ketujuh dalam perkauman mereka?
Ya, pertanyaan Sinan itu, juga menjadi pertanyaan bagi Ando. Ando telah tanyakan semua itu padanya. Dengan berbisik dijawabnya, ternyata tidak semua hak kita takluk kepada kita. Tidak semua warisan kita langsung dapat menjadi milik kita. Ada yang lebih berkuasa untuk menentukan segalanya.
Allah subhanahuwata’ala?
Ya, jawabnya pasti.
*
Sulit sekali bagi Ando untuk tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Putireno. Malam tadi dia menanyakan, apakah Ando juga tahu tentang warisan Raja Pagaruyung yang kini sedang terkatung-katung di luar negeri? Kalau Ando jawab tidak tahu, sedangkan Ando memang tahu, tentu Ando berdusta. Kalau Ando jawab tahu, sedangkan persoalan itu seharusnya adalah persoalan Putireno, jangan-jangan Ando dianggap sok tahu dengan persoalan orang lain. Kemarin-kemarin ini, Ando tidak mau memunculkan persoalan itu, karena menurut Ando semua itu adalah cerita orang yang bermimpi tengah hari, atau seperti cemooh nenek Ando, manggantang asok, menggantang asap.
Sebagaimana yang pernah Ando ceritakan pada Sinan, – tapi waktu itu Sinan kan hanya terkekeh-kekeh saja mendengarnya karena menganggap apa yang Ando sampaikan hanyalah mimpi seorang yang ingin kaya cepat tanpa mau berusaha keras – bahwa kini orang-orang tertentu sedang menyusun sebuah skenario besar untuk mendapatkan harta warisan Raja Pagaruyung. Persoalan warisan ini tampaknya berkembang terus. Jadi, cerita yang akan Ando sampaikan kepada Sinan berikut ini bukan lagi warisan tanah pusaka, benda-benda bersejarah, mahkota atau sejarah kerajaan Pagaruyung, tetapi harta warisan Raja Pagaruyung yang terkatung-katung di luar negeri.
Ando pernah kesal pada Bang Sawan tempo hari, bagaimana dia bersama saudara-saudaranya membujuk Ando datang ke istana tua di Terengganu. Di sana Ando mereka jadikan sebagai detektor untuk menentukan tempat di mana harta karun raja Terengganu itu tersimpan, apakah di tepi sungai, di bawah masjid atau di bawah istana. Kesal sekali, tapi Ando tidak dapat berbuat apa-apa selain mengikuti apa yang mereka inginkan. Ya, demi persahabatan dan kekeluargaan, kata Sinan. Kini, Ando pun terseret pula dengan masalah harta warisan yang lebih dahsyat, yang nilainya tak terkira, harta warisan milik Raja Pagaruyung!
Kalau tidak salah, seingat Ando, Ando pernah bercerita pada Sinan tentang seorang teman bapak anak-anak Ando, Datuk Sigoto namanya. Datuk Sigoto pernah berkunjung beberapa kali ke rumah kami. Dia memberitahu tentang adanya harta warisan Raja Pagaruyung yang masih terkatung-katung, menunggu pewaris yang sah menerimanya. Datuk Sigoto mengatakan, bahwa dia sendiri mendapat informasi dari Pak Muhammad Natsir. Bahkan dia ditugaskan Pak Natsir mencari siapa pewaris raja Pagaruyung yang berhak menerima harta warisa itu. Bayangkan Sinan. Harta warisan! Sinan tentu mau mendengarkan cerita Ando ini, bagaimana pula tentang persoalan harta warisan raja. Begini ceritanya. Dengar Sinan. Dengar.
Di ujung akan berakhirnya Perang Paderi, seorang Raja Pagaruyung yang tidak mau menyerah kepada Belanda menghindar ke daerah rantaunya di Kuantan. Tentara Belanda terus mencari untuk menangkapnya, sebagaimana sebelumnya Belanda berhasil menangkap Raja Pagaruyung, Sultan Alam Bagagar Syah. Raja yang menghindar itu meneruskan perjalanannya ke Makkah. Sesampainya di sana, baginda disambut sebagai Raja Tanah Minangkabau dan diberi penghormatan tertinggi oleh kerajaan Saudi Arabia dengan menyerahkan sebuah kawasan untuk tempat tinggal di Taif. Penghormatan seperti ini biasa dilakukan kerajaan Saudi Arabia kepada raja-raja dari negeri atau kerajaan Islam datang melakukan ibadah haji.
Setelah Raja Pagaruyung kembali ke Minangkabau, tanah itu tetap menjadi hak Raja Pagaruyung. Beberapa puluh tahun kemudian, Saudi Arabia membangun kerajaannya sebagai negara petro dollar dari kekayaan minyaknya yang melimpah. Taif diperluas dan dipermodern. Tanah Raja Pagaruyung itu pun terkena perluasan kota. Pemerintah Saudi Arabia tetap menghormati hak Raja Pagaruyung itu. Tanah yang terkena perluasan diganti. Karena tidak ada ahli waris raja Pagarayung yang diketahui lagi oleh pihak kerajaan Saudi Arabia, uang itu disimpan di bank.
Ketika pak Natsir menjadi Ketua persatuan negara-negara Islam, Rabithah Alam Islamy, Pemerintah Saudi Arabia meminta jasa baik Pak Natsir untuk mencari ahli waris raja Pagaruyung. Apalagi Pak Natsir diketahui sebagai salah seorang tokoh Islam yang berasal dari Minangkabau. Pemerintah Saudi Arabia ingin memberikan uang penggantian tanah di Taif itu kepada ahli waris raja Pagaruyung. Itulah sebabnya pak Natsir meminta bantuan Datuk Sigoto mencari ahli waris. Bayangkan Sinan, uang sedemikian banyak tersimpan begitu lama di sebuah bank ditambah lagi dengan bunganya! Seandainya berhasil kita peroleh, kita akan kaya tujuh generasi tanpa bekerja setitik keringatpun. Sangat menyilaukan jumlah uangnya Sinan! Banyak sekali, banyak!
Padamulanya, Ando menganggap cerita-cerita tentang harta warisan dan sebagainya itu sebagai sesuatu yang lazim muncul dalam masyarakat yang kehidupan mereka sedang mengalami kesulitan keuangan. Semakin miskin seseorang, semakin tinggi mimpinya untuk jadi kaya. Semakin sulit kehidupan seseorang semakin nikmat mimpinya tentang kemewahan. Semakin merasa tak dihargai seseorang, semakin tinggi keinginannya untuk dihormati. Hal itu sudah lumrah terjadi di dalam masyarakat manapun juga di dunia ini.
Beberapa waktu yang lalu, Ando menerima dua orang tamu dari Bogor. Mereka ditugaskan mencari ahli waris yang sah dari Raja Pagaruyung, karena ada surat-surat kuno, terutama surat keterangan tentang tanah yang harus segera dijemput oleh keluarga ahli waris raja Pagaruyung ke Bogor. Surat-surat itu dulu dititipkan Presiden Sukarno kepada ahli raja Kerajaan Tarumanegara yang kini menetap di Bogor. Jadi kedua tamu Ando itu adalah utusan dari pinisepuh kerajaan Tarumanegara. Dengan tambahan cerita ini, Ando jadi berpikir-pikir juga, mungkin benar apa yang dikatakan Datuk Sigoto. Tapi Ando masih saja bingung. Apa benar ini? Apa sangkut pautnya surat-surat itu dengan tanah raja Pagaruyung yang di Taif sana?
Dengar Sinan, dengar dulu. Jangan bertanya dulu. Nanti. Ando lanjutkan cerita ini. Selain persoalan uang yang jumlah berjuta rial itu menunggu ahli waris raja Pagaruyung yang sah, muncul pula khabar lain yang hampir pasti pula kebenarannya. Di penghujung Perang Paderi itu juga, Pemerintah Belanda seperti yang Ando ceritakan tadi, berhasil menangkap Sultan Alam Bagagar Syah Raja Pagaruyung dan ditawan di Betawi. Ketika pemerintah Belanda menerapkan politik etisnya, beberapa orang dari ahli waris dan keturunan Raja Pagaruyung itu diberi uang (onderstaan) setiap bulan. Kemudian terjadi perubahan politik. Indonesia membebaskan diri dari penjajahan Belanda. Walaupun jejak ahli waris raja Pagaruyung tidak diketahui lagi oleh pihak kerajaan Belanda, namun mereka tetap melanjutkan bantuannya kepada ahli waris raja Pagaruyung. Sampai sekarang, pemerintah Belanda tidak tahu lagi siapa yang harus menerima uang bantuan itu, namun uang itu terus dikeluarkan dari perbendaharaan kerajaan Belanda dan disimpan di sebuah bank di Nedherland. Sekarang uang itu menumpuk banyak sekali. Entah mana-mana pula banyaknya dengan uang yang menunggu di Saudi Arabia itu.
Satu lagi Sinan! Satu lagi! Masih dalam kaitan uang yang harus diterima ahli waris Raja Pagaruyung. Hubungan kerajaan Pagaruyung dengan pihak kerajaan Inggeris mempunyai cerita yang lain pula. Kerajaan Inggeris akhirnya harus membayar perbedaan selisih harga dalam kontrak perjanjian perdagangan antara kerajaan Inggeris dengan kerajaan Pagaruyung yang mereka lakukan sebelum Raffles menyerahkan Bengkulu kepada Belanda. Inggeris juga memberikan hadiah sebagai pengganti hutang budinya kepada Raja Pagaruyung, karena Raffles dalam ekspedisinya ke pusat kerajaan Minangkabau di Tanah Datar mendapat pelayanan yang baik sekali dari salah seorang Raja Pagaruyung. Kedatangan Raffles ditunggu Raja Pagaruyung di Saruaso dengan segala kebesaran dan dianugrahi gelar Yang Kaya Saudagar oleh Raja Pagaruyung. Dengan demikian ada dua sumber keuangan Raja Pagaruyung yang kini tersimpan sebuah bank di Ingeris. Uang itu semakin hari semakin bertambah. Pihak kerajaan Inggeris pun kini menunggu ahli waris Raja Pagaruyung menjemput uang yang banyak itu.
Jadi Sinan, ada tiga negara, Inggeris, Belanda dan Saudi Arabia yang sudah sejak lama siap akan memberikan uang itu kepada ahli waris raja Pagaruyung. Persyaratan utama untuk mendapatkan uang itu adalah – uang itu harus diterima oleh tangan pertama yaitu ahli waris Raja Pagaruyung yang sah -. Untuk menentukan sah atau tidaknya seseorang sebagai ahli waris Raja Pagaruyung ditentukan oleh keberadaan dan kebenaran silsilah ahli waris dan keturunan raja Pagaruyung serta pengakuan dan rekomendasi dari dua atau tiga raja-raja kerajaan lain yang pernah berdaulat di Nusantara.
Nah, bagaimana Sinan? Terlepas dari benar atau tidaknya cerita ini, terlepas pula apakah cerita ini dapat dipercaya atau tidak, yang jelas kini cerita tentang uang yang berjibun itu jumlahnya telah beredar dari mulut ke mulut di antara para petinggi dan pebisnis yang berasal dari Minangkabau. Beredar pula khabar bahwa sudah ada beberapa orang ternama seperti Datuk Dipanyambungan, Datuk Ganggam Baro dan Datuk Lobak Sungai Rombeng, sedang menyusun skenario untuk mendapatkan harta warisan yang jumlahnya MasyaAllah itu!
Target dari skenario itu jelas, bahwa harus ada seorang tokoh, salah satu di antara datuk-datuk yang bertiga itu yang diakui sebagai ahli waris Raja Pagaruyung. Tokoh itu juga harus dapat diterima dan diakui oleh beberapa raja Nusanara. Untuk mendapatkan pengakuan bahwa tokoh itu benar-benar sah menjadi pewaris Raja Pagaruyung, mereka telah menyusun bersama silsilah, mencari benda-benda yang mungkin dapat disebut benda peninggalan sejarah kerajaan Pagaruyung, membuat kontak-kontak dengan berbagai lembaga organisasi adat dan pemerintah daerah.
Seperti Datuk Ganggam Baro misalnya, dia sengaja mengumpulkan beberapa penghulu yang tergabung dalam sebuah lembaga adat, minta lembaga adat tersebut mengakuinya sebagai ahli waris raja yang sah. Dengan alasan yang tidak masuk akal, bahwa Datuk Ganggam Baro telah diakui beberapa raja nusantara sebagai ahli waris yang sah. Jika lembaga adat yang bersangkutan tidak mau memberikan pengakuan serupa, mungkin seluruh orang Minangkabau masa datang akan malu besar, akan menyesal kemudian. Namun lembaga adat tersebut menolak keinginan Datuk Ganggam Baro yang sangat fantastis itu. Tentu saja Datuk Ganggam Baro marah luar biasa dan mengancam akan memberhentikan penghulu-penghulu dalam lembaga adat tersebut dari tugasnya sebagai penghulu kaum.
Lain lagi Datuk Dipanyambungan. Dengan uangnya yang melimpah dia menghasut orang-orang tertentu untuk mengacaukan keadaan. Orang-orang itu dijanjikan sejumlah uang bila mereka berhasil mencaplok tanah warisan kaum ahli waris Raja Pagaruyung yang kini terbentang luas di Pagaruyung. Untuk pencaplokan itu, mereka berkolaborasi dengan oknum pejabat-pejabat bagian pertanahan untuk mengeluarkan sertifikat-sertifikat palsu. Jika nanti usaha mereka berhasil, itulah nanti yang dijadikan bukti, bahwa ahli waris raja yang sah adalah mereka yang memiliki tanah ulayat milik raja.
Sedangkan Datuk Lobak Sungai Rombeng bekerja sebagai penfitnah. Beberapa penulis diberikan berbagai berkas-berkas palsu untuk membatalkan bahwa kaum ahli waris raja Pagaruyung yang ada sekarang adalah nonsen! Secara teratur mereka mempublikasikan tulisan-tulisan pembatalan itu dalam surat-surat kabar yang lemah dana dan lemah iman. Tujuannya hanyalah, untuk mengaburkan pandangan masyakarat luas terhadap keabsahan kaum ahli waris yang sekarang sebagai ahli waris. Jika opini masyarakat sudah terbentuk, tentu dengan mudah mereka akan muncul sebagai ahli waris yang sah.
Dalam konteks inilah Putireno dimusuhi. Silsilah kaumnya dipertanyakan. Sawah ladang milik kaumnya digerogoti dan dijual dengan memalsukan surat-suratnya. Datuk-datuk yang telah berdiri dengan teratur dalam tatanan adat yang ada, mereka kacau. Mereka angkat datuk-datuk baru yang tidak ada kaitannya secara adat dengan masyarakat adat itu sendiri. Tidak hanya sampai di situ, Putireno juga diteror. Diikuti perjalanannya kemana saja dia pergi oleh beberapa orang preman. Dia difitnah dalam berbagai kesempatan. Mereka adakan pertemuan-pertemuan dengan bermacam orang untuk menafikan keluarga kaum Putireno sebagai ahliwaris Raja Pagaruyung. Putireno tidak mau bereaksi, karena takut, kalau-kalau apa yang diucapkannya nanti diplintir, dipolitisir, dan disalah artikan, atau dipenggal-penggal kutipannya yang menyebabkan timbulnya polemik, keributan, yang ujung-ujungnya nanti adalah untuk menggiring keluarga kaum Putireno pada sebuah tuduhan bahwa memang kaum itu tidak layak untuk menjadi ahli waris raja Pagaruyung.
Jika opini demikian dapat mempengaruhi masyarakat luas yang tidak mengerti dengan sejarah dan skenario yang dimainkan, lalu ikut-ikutan pula menyangsikan keluarga kaum Putireno sebagai pelanjut sejarah kerajaan Pagaruyung, maka itulah saatnya Datuk Ganggam Baro, Datuk Dipanyambungan dan Datuk Lobak Sungai Rombeng muncul sebagai ahli waris yang sah. Mereka tidak senang diam lagi di rumahnya. Siang malam, siapa saja yang ditemuinya, mereka menampik dada dan memperkenalkan diri, mereka adalah pewaris raja yang sah. Tanpa rasa malu, segan dan sungkan, dengan sangat berani sekali mengatakan bahwa kaum Putireno bukanlah kaum ahli waris. Mereka adalah orang-orang yang sedang berusaha mengaburkan sejarah Minangkabau. Sambil menyodorkan tangannya kepada setiap orang, datuk-datuk itu mengatakan, silahkan lihat darah saya. Lebih biru daripada darah ahli waris yang ada sekarang. Apa yang Ando ceritakan ini bukan tidak punya kebenarannya Sinan. Di rumah Ando kini ada sebuah majalah terbitan Departemen Dalam Negeri yang secara jelas dan terbuka memuat wawancara mereka sebagai ahli waris raja yang sah. Merekalah generasi ketujuh itu! Hanya merekalah yang mampu membangkitkan kembali marwah, kebanggaan dan kejayaan kerajaan Pagaruyung. Bahkan dengan membentangkan kedua tangan sambil tengadah ke langit, mereka mengatakan bahwa Tuhan telah memberi izin untuk menjadi ahli waris yang sah. Untung saja waktu itu tidak ada burung yang sedang buang kotoran lewat, kalau tidak tentu telah masuk ke dalam mulut mereka yang komat kamit.
Jadi Sinan, jika Ando tidak berhasil mengajak Putireno menemui Sinan sebelum dia pergi, itulah sebabnya. Putireno tidak ingin diketahui kepulangannya maupun kepergiannya oleh orang lain. Dari mana dia, pergi ke mana, hanya dia sendiri yang tahu. Dia harus menjaga keselamatan dirinya, keselamatan kaumnya dan terlebih dari semua itu adalah, dia harus dapat menyelamatkan kebenaran sejarahnya.
Dia minta maaf pada Sinan, juga menyampaikan salam.
*

GENERASI KETUJUH (Bagian ketujuh)

7. MENITI TITIAN PANJANG
Terguncang juga emosi Ando ketika nenek memberitahu melalui Datuk Bungsu bahwa Putireno sampai hari ini belum sampai di rumahnya. Padahal, dia sudah seminggu lebih berangkat dari Pagaruyung. Tidak seorangpun yang tahu singgah di mana dia. Kecemasan Ando semakin menjadi-jadi, karena akhir-akhir ini kecelakaan terlalu sering terjadi. Kapal terbang, kapal laut, kereta api, bus, orang berjalan kaki pun bisa dapat musibah begitu mudah. Tertembak peluru nyasar, tertimpa benda-benda bangunan, ditampar karena salah jalan, disiksa karena tersenggol mobil pejabat, bahkan banyak tanah yang longsor, semburan lumpur panas dan lahar panas dan dingin yang tidak dapat dicegah siapapun merendam dan membenamkan orang-orang tak bersalah. Semua itu tentu dapat pula mengancam keselamatan Putireno.
Ando coba menghubungi suami dan anak-anaknya melalui telepon sembilan kali, tetapi selalu saja ada jawaban otomatis; tidak dapat dihubungi atas permintaan pemiliknya. Juga Ando menghubung nomor HP nya tigabelas kali, ada suara tanda panggil tapi tak ada yang menjawab. Ando kirim sms duapuluh tujuh tiga kali, sms nya masuk tapi tidak ada balasan. Apapun alat komunikasi yang ada pada Ando, Ando gunakan untuk dapat menghubunginya, tapi tidak pernah berhasil. Ando ingin kepastian, berada di mana dia sekarang. Apakah dia benar-benar sudah dimangsa oleh skenario datuk-datuk serakah itu?
Nenek terus mendesak Ando, agar Ando segera bertindak. Ando harus mencarinya, ke mana pun juga. Nenek mengandaikan, bisa jadi Putireno itu sama nasib dan jalan hidupnya dengan Ando, walaupun dalam kenyataan sehari-hari satu sama lain berbeda nyata. Jika Putireno sosok perempuan yang tampak di luar dingin, tetapi di dalam penuh dengan gejolak yang tak pernah terpadamkan. Sebaliknya Ando, adalah sosok perempuan yang nyinyir, suka bicara terus terang, membosankan dan sekali-sekali konyol, naif dan dungu. Dengan alasan demikian Ando selalu didesak, carilah dia! Jika Ando menemukannya, mungkin Ando dapat belajar banyak darinya.
Aneh pula nenek Ando ini. Bicara kadang-kadang seperti seorang ahli filsafat, kadang-kadang seperti seorang ibu yang tidak rela anak cucu keturunannya hilang, apalagi punah. Di depan nenek, Ando mengangguk dan berjanji, bahwa Ando akan sesegeranya mencari ke mana saja Ando mampu. Akan tetapi melihat kenyataan yang ada sekeliling Ando, Ando tidak pula dapat mengenyampingkan kesibukan-kesibukan Ando sendiri.
Ando sibuk. Disertasi Ando yang sudah terbengkalai dua tahun lebih harus Ando tuntaskan sesegeranya. Ando seperti sudah muak dengan disertasi itu. Namun, bagaimanapun disertasi itu harus diselesaikan. Hanya tinggal membuat abstrak, pendahuluan, halaman dedikasi dan di akhir sekali, bab rujukan dan lampiran-lampiran. Ando juga harus memenuhi berbagai undangan ceramah, diskusi dan seminar. Ando juga harus pergi mengajar ke kampus. Sekali-sekali Ando juga harus keramas rambut di salon kecil di samping rumah. Kalau Ando pergi mencari Putireno, setidak-tidaknya akan habis waktu Ando seminggu, mungkin sebulan atau dua bulan.
Tidak hanya kesibukan menyelesaikan disertasi itu saja yang mengejar-mengejar Ando. Si sulung Ando akan mengakhiri masa kuliahnya di Jogjakarta. Anak Ando itu, mungkin meniru perangai Ando pula, kuliahnya sangat santai. Dia main musik dulu, kuliah kemudian. Kita kan harus punya keterampilan seni yang meyakinkan, kalau kita mau menjadi seorang diplomat. Seni adalah wacana ampuh untuk mengadakan loby-loby politik, kata si sulung tersenyum. Ando harus menyiapkan biaya dan waktu untuk ke Jogja menghadiri wisudanya.
Anak tengah Ando yang kini telah menjadi wartawan, kesibukannya bukan main pula. Dia sudah beristri dengan seorang gadis cantik dari Malana tamatan fakultas tehnik sipil. Dia dua tahun lebih dulu kawin dari si sulung. Sekarang istrinya sedang hamil enam bulan. Ando harus menjaga kehamilannya, karena menantu Ando itu tidak lagi punya ibu. Ibunya meninggal lima tahun lalu. Andolah kini yang menjadi ibu baginya. Bagaimanapun Ando harus berbenah dan bersiap menunggu cucu yang akan datang. Betapa sibuknya Ando. Jika Ando pergi mencari Putireno sebagaimana yang disuruhkan nenek, Ando khawatir, jangan-jangan cucu Ando lahir ketika Ando sedang tidak berada di rumah. Siapa yang akan memandikan bayi? Siapa yang akan mengajari menantu Ando itu bagaimana cara memasang kain bedung, gurita dan popok bayi dan bagaimana sikap badan ketika menyusukan bayi.
Bapak anak-anak Ando akhir-akhir ini kesibukannya bertambah-tambah pula. Sepulangnya dari tugasnya sebagai dosen tamu di Kualalumpur tempo hari, dia sudah bertekad akan hidup santai saja di rumah. Segala beban akan dikesampingkan. Katanya, dia akan berdoa-doa kecil saja lagi di atas sajadah, mengaji-ngaji tafsir menunggu magrib, tahajud dan berzikir menungu subuh, membaca-baca koran sambil minum teh pagi hari. Itu maunya. Ternyata belum sampai dua bulan berada di rumah, dia sudah harus menyiapkan latihan teater grupnya yang sudah sekian lama tidak mengadakan pementasan, sampai larut malam dia kembali mengutak-atik komputerya, pergi ke televisi mengisi acara mingguannya, menulis tiga artikel setiap minggu untuk surat kabar, malam minggu dijemput temannya untuk melihat anak-kemenakannya latihan silat dan main randai, setiap jumat sore mengadakan rapat-rapat kaum, rapat kampung di Surau Batu. Alhasil, apa yang dijanjikannya untuk santai tak ditemui sesampainya di rumah. Jika Ando pergi menyusul Putireno, bagaimana pula dia tinggal di rumah? Siapa yang akan membuatkan gulai kepala ikan baginya?
Satu-satunya yang punya waktu longgar hanyalah si bungsu Ando. Dia selalu mondar mandir dengan celana jean robeknya ke sana ke mari. Dia sengaja berpakaian seperti itu, katanya karena akan manggung. Dia menjadi leader dalam grup musik jreng jrengnya. Namun, kalau dia diajak menemani Ando pergi mencari Putireno, sebelum dia mengatakan sanggup, oke, atau ya ma, beberapa persaratan harus pula Ando penuhi, setidak-tidaknya Ando harus membuat janji yang harus ditepati padanya. Janji, untuk tambahan belanja, janji untuk membeli kaos, janji untuk traktir makan pizza. Macam-macam saja menurut apa yang terlintas dalam benaknya. Biasanya pula, kalau dia sudah mengatakan ya, dia tepati janji dengan baik. Bahkan Ando merasa bahagia mendapat si bungsu yang rewelnya bukan main itu. Pertanyaannya terhadap persoalan yang sedang dihadapi, kritikannya terhadap sikap Ando dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dibicarakan, benar-benar harus Ando ladani dengan sabar. Nyinyirnya, masyaAllah. Pelitnya Allahurabbi. Royalnya tidak ketolongan.
Namun, akhirnya Ando harus memilih. Membiarkan Putireno dimakan oleh sebuah skenario yang menyebabkan tenggelamnya sebuah kebenaran atau Ando tetap berpegang pada kesibukan Ando sendiri, kemudian Ando akan dituding sebagai perempuan egois? Setelah Ando mendiskusikan dengan bapak anak-anak Ando, apakah Ando akan mencari Putireno atau tidak, akhirnya Ando mengambil keputusan, Ando harus mencarinya di manapun dia berada. Seperti kata nenek, jika Ando menemukan Putireno sama halnya dengan Ando menemukan diri Ando sendiri. Sepertinya, Ando akan melakukan perjalanan mencari diri sendiri.
Jangan tersenyum dulu Sinan? Itu kan filsafatnya nenek.
Ando memprediksi ke mana Putireno pergi berdasarkan kecenderungannya untuk tetap mempertahankan tatanan adat Minangkabau, sebagaimana usaha kaumnya untuk tetap setia mempertahankan warisan adat dan budaya dari masa kerajaan Pagaruyung dahulu. Artinya, Ando harus menelusuri semua kemungkinan dalam jalur-jalur sistem peradatan yang berlaku. Artinya lagi, Ando harus pergi ke negeri-negeri yang masih menjalankan adat istiadat Minangkabau sampai sekarang. Namun, Ando tidak tahu, seluas apa wilayah adat dan budaya Minangkabau itu? Negeri-negeri mana saja yang termasuk ke dalam tatanan peradatan itu. Menurut Ando, Datuk Bungsu adalah salah seorang yang memahami hal ini. Lalu, Ando segera kontak datuk yang baik hati itu.
Datuk Bungsu datang tengah malam. Setelah pembantu rumah Ando menyediakan kamar, makan malam, kopi dan rokok, pakaian ganti dan kain sarung serta sajadah, lalu Ando, bapak anak-anak Ando duduk melingkari meja bundar kecil di pojok ruang tengah. Ando telah siap dengan catatan-catatan, seandainya diperlukan untuk mencatat apa yang mungkin Ando harus catat, sebagai bekal perjalanan mencari Putireno.
Menurut Datuk Bungsu, Ando pasti akan sulit mengikuti ke mana Putireno pergi, sebab kawasan Minangkabau yang mungkin akan atau telah dikunjunginya luas sekali. Sajak Sikilang Aie Bangih, sampai Taratak Aie Hitam, sajak Sipisok-pisau anyuik sampai Durian Ditakuak Rajo, sajak Sialang Balantak Basi sampai ka Ombak Nan Badabua, kata Datuk Bungsu menjelaskan batas-batas wilayah Minangkabau.
Di dalam wilayah yang seluas itu, terdapat ratusan bahkan ribuan nagari, koto, kampung, dusun dan taratak. Ribuan pula pemangku adat, raja-raja, tuo-tuo karapatannya. Ando bagaimanapun juga, harus mendatangi nagari-nagari itu untuk menanyakan apakah Putireno sudah sampai di situ atau sedang dalam perjalanan ke mana.
Di dalam Ranji Limbago Adat Alam Minangkabau, kata Datuk Bungsu dengan lambat dan hati-hati, karena dia bicara sambil mengingat nama-nama daerah dan para pemangku adat yang ada di setiap nagari, daerah-daerah yang luas itu dibagi dalam dua kelompok besar. Pertama yang disebut daerah inti Minangkabau atau daerah darek yang terdiri tiga luhak. Luhak Tanah Datar, Luhak Agam dan Luhak Limopuluah Koto. Kedua adalah yang disebut daerah rantau. Rantau yang terletak di pantai timur disebut Rantau Timur dan rantau terletak dipantai Barat dengan Rantau Pesisir.
Menurut Datuk Bungsu sebaiknya Ando sebelum mendatangi daerah-daerah itu berdasarkan kepada wilayah-wilayah yang dikepalai oleh pemangku-pemangku adat atau raja-raja, temuilah dulu pemangku-pemangku adatnya supaya Ando mudah menemukan orang-orang yang akan memberikan informasi di mana Putireno berada.
Kata Datuk Bungsu, jika Ando harus memulai sebuah perjalanan, mulailah dari pangkal segala persoalan. Sebab, jika Ando tersesat, Ando harus kembali ke pangkal jalan. Sasek di ujuang jalan babaliak ka pangka jalan, katanya menasehati. Dalam persoalan apa pun yang akan Ando lakukan, maka pangkal persoalan atau pangkal jalan itu adalah pangkal dari semua titah. Titah itu dari raja, artinya Ando harus memulai perjalanan ini dari Rajo Tigo Selo, yang terdiri dari Rajo Alam, Rajo Adat dan Rajo Ibadat.
Setelah Ando mendapat izin dari raja-raja itu, seterusnya Ando dapat menemui Basa Nan Ampek Balai. Empat orang pembesar yang berada di bawah Rajo Tigo Selo. Terdiri dari; Tuan Titah di Sungai Tarab, dengan gelar adat kebesarannya Pamuncak Koto Piliang; Tuan Indomo di Saruaso dengan gelar adat kebesarannya Payuang Panji Koto Piliang; Tuan Makhudum di Sumanik dengan gelar kebesarannya Aluang Bunian Koto Piliang; Tuan Khadi di Padang Gantiang dengan gelar kebesarannya Suluah Bendang Koto Piliang.
Kemudian Ando terus ke Pariangan Padang Panjang. Temui pula dua pembesar adat yang dikenal dengan Pucuak Bulek Urek Tunggang Salareh Batang Bangkaweh yang terdiri dari dua pemangku adat; Tampuak Tangkai Alam. Tampuak Alam dipegang oleh Datuk Badaro Kayo di Pariangan dan Tangkai Alam oleh Datuk Marajo Basa di Padangpanjang.
Selanjutnya, Ando temuilah pembesar-pembesar adat yang termasuk dalam kelompok Langgam Nan Tujuh. Tujuh orang besar dalam kelarasan Koto Piliang dengan wilayah dan tugas yang satu sama lain berbeda-beda. Ketujuh orang besar tersebut; pertama, Pamuncak Koto Piliang tugasnya menjadi Panitahan Sungai Tarab, kedua Harimau Campo Koto Piliang Tuan Gadang Batipuh, ketiga Pasak Kungkuang Koto Piliang Labuatan-Sungai Jambu, keempat Pardamaian Koto Piliang, Simawang – Bukik Kanduang, kelima Cumati Koto Piliang, Sulik Aie – Tanjuang Balik, keenam Camin Taruih Koto Piliang, Singkarak – Saniang Baka, ketujuh Gajah Tongga Koto Piliang, Silingkang – Padang Sibusuak.
Ando juga harus mengunjungi Pucuk Bulek Bodi Caniago Datuk Bandaro Kuniang Gajah Gading Patah Gadiang di Limo Kaum Tanah Datar.
Sama halnya dengan Langgam Nan Tujuah, Ando sebaiknya juga mengunjungi tujuh pembesar adat di dalam kelarasan Bodi Caniago yang dikenal dengan nama Lubuak Nan Tigo Tanjuang Nan Ampek, yang terdiri dari; pertama Datuk Rajo Nan Kayo, Tuo Karapatan Kubuang TigoBaleh di Lubuk Sikarah, kedua Tuo Karapatan Lubuak Simawang di Talawi, ketiga Tuo Karapatan Lubuak Sipunai, di Koto Tujuah Tanjuang Ampalu, keempat Tuo Karapatan Tanjuang Sungayang Dt.Bandaro Enik, kelima Tuo Karapatan Tanjuang Barulak, keenam Tuo Karapatan Tanjuang Alam dan ketujuh Tuo Karapatan Tanjuang Bingkuang, Limo Kaum Duobaleh Koto.
Setelah nanti Ando menemui pembesar-pembesar adat baik dari Langgam Nan Tujuh maupun dari Tanjuang Nan Ampek Lubuk Nan Tigo, para datuk-datuk itu akan mempersilahkan Ando untuk mengunjungi masing-masing nagari yang berada di bawah kendalinya.
Sebaiknya Ando mulai mencarinya dari dari Luhak Tanah Data. Wilayah kelarasan Koto Piliang ini disebut pula sebagai Wilayah Patuanan. Raja Alam di Pagaruyung disebut juga sebagai Mahkota Malayu Kampuang Dalam. Raja Adat di Buo disebut pula Mahkota Malayu Ujung Kapalo Koto Pagaruyung. Raja Ibadat di Sumpur Kudus disebut juga Mahkota Malayu Kampuang Tangah. Selanjutnya nagari-nagari tempat para pembesar adat; Nagari Sungai Tarab tempat Datuk Bandaro Putiah; Nagari Saruaso tempat Datuk Indomo; Nagari Padang Gantiang tempat Tuan Qadhi; Nagari Sumaniak tempat Datuk Makhudum.
Selanjutnya nagari-nagari di Luhak Tanah Datar lainnya yang dipimpin oleh Tuo Karapatan Selo; Tuo Karapatan Pati; Tuo Karapatan Situmbuak; Tuo Karapatan Gunuang Medan; Tuo Karapatan Talang Tangah; Tuo Karapatan Guguak; Tuo Karapatan Padang Laweh; Tuo Karapatan Sijangek; Tuo Karapatan Koto Panjang; Tuo Karapatan Pasie Laweh; Tuo Karapatan Kotobaru; Tuo Karapatan Ampalu; Tuo Karapatan Kumango; Tuo Karapatan Raorao; Tuo Karapatan Gurun; Tuo Karapatan Koto Hiliang; Tuo Karapatan Nagari Minangkabau; Tuo Karapatan Simpuruik; Tuo Karapatan Atar; Tuo Karapatan Pangian; Tuo Karapatan Taluak, Tuo Karapatan Tigojangko.
Kemudian daerah Batipuah Sapuluah Koto. Terdiri dari Nagari Batipuah dan Nagari Sapuluah Koto. Nagari Batipuah dipimpin oleh beberapa tuo karapatan berdasar nagari-nagari yang ada di sana, seperti; Rajo Batipuah, Tuo Karapatan Pitalah; Tuo Karapatan Bungo Tanjuang, Tuo Karapatan Sumpur; Tuo Karapatan Malalo. Sedangkan Nagari Sapuluah Koto dipimpin oleh beberapa tuo karapatan; Tuo Karapatan Kotobaru, Tuo Karapatan Pandai Sikek, Tuo Karapatan Kotolaweh, Tuo Karapatan Panyalai, Tuo Karapatan Paninjauan, Tuo Karapatan Singgalang, Tuo Karapatan Aie Angek, Tuo Karapatan Gunuang, Tuo Karapatan Jao, Tuo Karapatan Tambangan, Labuatan Sungai Jambu, Tuo Karapatannya adalah Datuk Alibasha Batuah, Tuo Karapatan Lubuk Atan, Tuo Karapatan Sungai Jambu, Tuo Karapatan Bulan Sarik Jamba Ulu, Tuo Karapatan Batur.
Lalu, daerah Simawang Bukik Kanduang dengan nagari-nagari dengan tuo karapatannya; Tuo Karapatan Simawang Bukik Kanduang, Tuo Karapatan Simawang, Tuo Karapatan Batuang Taba, Tuo Karapatan Panjalangan. Bukik Kanduang tadinya termasuk di dalamnya, namun kemudian ke luar dan bergabung ke dalam Sapuluah Koto Diateh, tapi namanya tetap tidak berubah yakni Simawang Bukik Kanduang.
Daerah-daerah Sapuluah Koto Diateh (Sulik Aie Tanjuang Balik), dipimpin oleh; Sutan Batuah dan Dt.Rajo Endah sebagai tuo karapatan, kemudian Tuo Karapatan Sulik Aie, Tuo Karapatan Tanjuang Balik, Tuo Karapatan Sibarambang, Tuo Karapatan Talago Gunuang, Tuo Karapatan Kajai, Tuo Karapatan Lumindai, Tuo Karapatan Kuncir, Tuo Karapatan Pasiliehan, Tuo Karapatan Bukik Kanduang, Tuo Karapatan Paninjauan.
Sedangkan daerah Sapuluah Koto Dibawah (Singkarak Saniang Baka) tuo Karapatannya adalah Sutan Pamuncak dan Datuk Nan Garang, di bawahnya Tuo Karapatan Singkarak, Tuo Karapatan Saniangbaka, Tuo Karapatan Kotosani (Kasiak jo Padang Balimbiang), Tuo Karapatan Sumani, Tuo Karapatan Paninggahan, Tuo Karapatan Muaro Pingai, Tuo Karapatan Kacang, Tuo Karapatan Tanjuang Alai, Tuo Karapatan Aripan, Tuo Karapatan Tikalak.
Daerah Silungkang Padang Sibusuak dipimpin oleh; Tuo Karapatan Silungkang Padang Sibusuak, Tuo Karapatan Silungkang, Tuo Karapatan Padang Sibusuak, dan beberapa tuo karapatan lagi yang tidak hafal seluruhnya oleh Datuk Bungsu.
Jika daerah-daerah tadi merupakan daerah wilayah dari kelarasan Koto Piliang, di samping itu juga ada wilayah Kalarasan Bodi Caniago terdiri dari; Kubuang Tigobaleh (Lubuak Sikarah, Solok), Lubuak Simawang (Talawi), Tuo Karapatan Lubuak Simawang, Tuo Karapatan Sijantang, Tuo Karapatan Tigo Tumpuak. Daerah Lubuak Sipunai (Koto Tujuah) dipimpin oleh; Tuo Karapatan Lubuak Sipunai. Kawasan Tanjuang Sungayang dipimpin oleh; Tuo Karapatan Tanjuang Sungayang Datuk Bandaro Enuik, Tuo Karapatan Tanjuang, Tuo Karapatan Sungayang, Tuo Karapatan Andaleh, Tuo Karapatan Baruah Bukik, Tuo Karapatan Sungai Patai, Tuo Karapatan Koto Ranah, Tuo Karapatan Batu Bulek, Tuo Karapatan Balai Tangah, Tuo Karapatan Tapi Selo, Tuo Karapatan Lubuk Jantan, Tuo Karapatan Tanjuang Bonai. Datuk Bungsu menambah penjelasannya, yang dimaksud dengan Tuo Karapatan itu adalah fungsi seorang datuk pucuk yang menjadi pimpinan wilayah itu.
Sekarang daerah Tanjuang Barulak. Daerah ini dipimpin oleh; Tuo Karapatan Tanjuang Barulak, Tuo Karapatan Koto Tangah, Tuo Karapatan Guguak Cino. Sedangkan daerah Tanjuang Alam dipimpin oleh; Tuo Karapatan Tanjuang Alam, Tuo Karapatan Tabek Patah, Tuo Karapatan Barulak, Tuo Karapatan Mandahiliang, Tuo Karapatan Salimpauang, Tuo Karapatan Supayang, Ulak Tanjuang Bingkuang (Limo Kaum Duobaleh Koto Sambilan Koto di dalam).
Daerah Limo Kaum dipimpin oleh Pucuak Bulek Limo Kaum Datuk Bandaro Kuniang. Kemudian nagari Duobaleh Koto dipimpin oleh; Tuo Karapatan Silabuak, Tuo Karapatan Ampalu, Tuo Karapatan Labuah, Tuo Karapatan Parambahan, Tuo Karapatan Cubadak, Tuo Karapatan Supanjang, Tuo Karapatan Rambatan, Tuo Karapatan Padang Magek, Tuo Karapatan Ngungun, Tuo Karapatan Pati, Tuo Karapatan Pabalutan, Tuo Karapatan Sawah Jauah. Nagari-nagari yang termasuk ke dalam Sambilan Koto Di dalam dipimpin oleh beberapa Tuo Karapatan pula; Tuo Karapatan Tabekbato, Tuo Karapatan Saloganda, Tuo Karapatan Baringin, Tuo Karapatan Koto Baranjak, Tuo Karapatan Lantai Batu, Tuo Karapatan Bukik Gombak, Tuo Karapatan Sungai Ameh, Tuo Karapatan Ambacang Balirik, Tuo Karapatan Rajo Dani.
Mengenai daerah yang disebut Pucuak Bulek Urek Tunggang Salareh Batang Bangkaweh terdiri dari; Ampek Koto Diateh (Pariangan Padang Panjang), dipimpin oleh Datuk Bandaro Kayo, Pucuak Bulek Pariangan di Pariangan. Sedangkan Pucuak Bulek Padang Panjang dipimpin oleh Datuk Maharjo Basa. Selanjutnya nagari-nagari di bawahnya dipimpin oleh tuo-tuo karapatan; Tuo Karapatan Guguak, Tuo Karapatan Sikaladi, Tuo Karapatan Ampek Koto Dibawah, Tuo Karapatan Sialahan, Tuo Karapatan Kotobaru, Tuo Karapatan Kototuo, Tuo Karapatan Batubasa. Nagari-nagari yang termasuk ke dalam Tujuah Koto Di Bawah dipimpin oleh; Tuo Karapatan Galogandang, Tuo Karapatan Padang Lua, Tuo Karapatan Turawan, Tuo Karapatan Balimbiang, Tuo Karapatan Kinawai, Tuo Karapatan Sawah Kareh, Tuo Karapatan Bukik Tumasu.
Datuk Bungsu minta istirahat, karena cukup letih dia harus menjelaskan setiap nagari kepada Ando. Dia takut, jangan-jangan Ando tersesat nanti dalam pencarian Putireno, atau dia keliru menyebutkan nama-nama nagari. Setelah Datuk Bungsu meminum kopi dan membakar rokok, dia melanjutkan uraiannya.
Apabila Ando tidak berhasil menemukan Putireno di luhak Tanah Data, Ando teruskan mencarinya ke luhak Agam. Daerah-daerah di Luhak Agam dikelompokkan dalam dua kelarasan pula; pertama Pucuak Bulek Kalarasan Bodi Caniago Luhak Agam yang dipimpin oleh Datuk Bandaro Kuniang Tabek Panjang Baso. Daerahnya-daerahnya banyak sekali dan dipimpin pula oleh tuo-tuo karapatan; Tuo Karapatan Kurai, Tuo Karapatan Banuhampu, Tuo Karapatan Lasi, Tuo Karapatan Bukik Batabuah, Tuo Karapatan Kubang Pipik, Tuo Karapatan Kotogadang Ujuang Guguak, Tuo Karapatan Canduang, Tuo Karapatan Koto Laweh, Tuo Karapatan Tabek Panjang Baso, Tuo Karapatan Sungai Janiah, Tuo Karapatan Cingkariang, Tuo Karapatan Padang Lua, Tuo Karapatan Matua, Tuo Karapatan Panta, Tuo Karapatan Lawang Tigo Balai, Tuo Karapatan Ranah Palembayan, Tuo Karapatan Maninjau Sungai batang, Tuo Karapatan Mukomuko, Tuo Karapatan Sigiran, Tuo Karapatan Malalak, Tuo Karapatan Kotobaru, Tuo Karapatan Titih Padang tarok, Tuo Karapatan Bungo Satangkai, (Pandan Gadang, Kurai dan Suliki).
Kedua, daerah Pucuak Bulek Kalarasan Koto Piliang Luhak Agam disandang oleh
Datuak Bandaro Panjang di Biaro dan seterusnya daerah-daerah di bawahnya dipimpin oleh tuo-tuo karapatan; Tuo Karapatan Sianok, Tuo Karapatan Kotogadang, Tuo Karapatan Guguak, Tuo Karapatan Tabek Sarojo, Tuo Karapatan Sariak, Tuo Karapatan Sungai Pua, Tuo Karapatan Batagak, Tuo Karapatan Batu Palano, Tuo Karapatan Lambah, Tuo Karapatan Panampuang, Tuo Karapatan Biaro, Tuo Karapatan Balai Gurah
- Tuo Karapatan Tilatang, Tuo Karapatan Kamang, Tuo Karapatan Kamang Bukik, Tuo Karapatan Tujuah Lurah Koto Rantang; Sipisang, Patapaian, Pasie Laweh, Sungai Guntuang, Pauah Gadih, Simauang dan Aie Kijang. Juga Tuo Karapatan Banuhampu yang kemudian mereka menerapkan adat Bodi Caniago.
Selain itu ada sebuah daerah khusus yang dibawahi Inyiak Bujang Nan Bagombak yaitu daerah Koto Gadang bersama Tuo Karapatan Kotogadang.
Datuk Bungsu meneruskan uraiannya walau tampaknya dia sudah agak letih. Tetapi masih tetap bersemangat, karena dia sangat tertarik sekali dengan daerah-daerah peradatan demikian. Dia meneruskan keterangannya tentang luhak yang nan bungsu, Luhak Limo Puluah.
Kata Datuk Bungsu, Ando harus meneruskan mencari Putireno ke luhak Limo Puluah Koto jika di luhak Tanah Data dan luhak Agam tidak ditemukan. Di Luhak Limo Puluah ada tiga kelompok daerah; pertama, wilayah Sandi yang dipimpin oleh Rajo Sandi; Luhak Ranah Limo Puluah dipimpin oleh Rajo Sandi atau Rajo Payokumbuah yang disandang oleh Datuk Parmato Alam Nan Putiah beserta Tuo Karapatan Koto Nan Gadang dan Tuo Karapatan Koto Nan Ampek. Sedangkan wilayah Luak Ranah Limo Puluah dipimpin oleh Rajo Luak atau Rajo Aie Tabik Datuk Maharajo Indo Nan Mamangun. Sedangkan nagari-nagari di dalam cangkuman wilayah tersebut dipimpin oleh; Pucuak Bulek Suayan, Pucuak Bulek Sungai Balantiak, Pucuak Bulek Sarik Laweh, Pucuak Bulek Tambun Ijuak, Pucuak Bulek Koto Tangah, Pucuak Bulek Durian Gadang, Pucuak Bulek (Rajo) Aie Tabik, Pucuak Bulek Sungai Kamuyang, Pucuak Bulek Limbukan, Pucuak Bulek Padang Karambie, Pucuak Bulek Sicincin Aua Kuniang, Pucuak Bulek Tiakar, Pucuak Bulek Payobasuang, Pucuak Bulek Mungo Andaleh, Pucuak Bulek Taram Bukik Limbuku, Pucuak bulek Batu Balang.
Sedangkan wilayah Lareh Luak Ranah Limo Puluah dipimpin oleh Rajo Sitanang Muaro Lakin, Datuk Paduko Rajo Lelo. Daerah di dalam kawasan ini dipimpin pula oleh; Pucuak Bulek Gaduik Tabiang Tinggi, Pucuak Bulek (Rajo) Sitanang Muaro Lakin, Pucuak Bulek Halaban Ampalu.
Rajo Luhak Luak Ranah Limo Puluah dibawahi oleh Rajo Ranah (Rajo Guguak Talago Gantiang) Datuk Bandaro Hitam. Daerah-daerah dibawahnya dipimpin oleh; Pucuak Bulek (Rajo) Talago Gantiang, Pucuak Bulek Kotolaweh, Pucuak Bulek Suliki Koto Rimbang, Pucuak Bulek Tiakar Balai Mansiro, Pucuak Bulek Balai Talang, Balai Kubang, Pucuak Bulek Taeh Simalanggang, Pucuak Bulek Piobang Sungai Baringin, Pucuak Bulek Gurun Lubuk Batingkok, Pucuak Bulek Tarantang, Sarilamak, Pucuak Bulek Arau, Solok jo Padang Laweh
Lareh Luak Ranah Limo Puluah dipimpin oleh Rajo Sitanang Muaro Lakin dan beberapa pucuak buleknya; Raja Ulu (Rajo Situjuah Banda Dalam) Dt.Simarajo Simagayua Nan Mangiang, Pucuak Bulek (Rajo) Situjuah Banda Dalam, Pucuak Bulek Situjuah Gadang, Pucuak Bulek Ladang Laweh, Pucuak Bulek Sungai Patai, Pucuak Bulek Surau Labuah Gunuang, Pucuak Bulek Babai Koto Tinggi.
Datuk Bungsu menarik nafas. Dia mungkin terlalu letih. Ando tidak tega juga membiarkannya bicara terus menerus. Setelah Ando persilahkan dia istirahat dan sebaiknya besok saja dilanjutkan dia mengangguk.
Besoknya, Datuk Bungsu melanjutkan keterangannya dengan lebih bersemangat. Dia memulai uraiannya dengan daerah Kubuang Tigo Baleh. Daerah yang berada di luar luhak nan tigo. Tetapi ada juga orang menyebut Kubuang Tigo Baleh itu sebagai luhak tersendiri, padahal daerah itu perkembangan pemukiman dari luhak Tanah Data.
Daerah Kubuang Tigobaleh itu terdiri dari beberapa wilayah yang cukup luas. Wilayah Solok Silayo atau Caramin Solok Salayo dipimpin oleh Datuak Rajo Nan Kayo di Solok. Daerahnya terdiri dari; Karapatan Lubuak Sikarah, tuo karapatannya Datuak Bandaro Kayo (Caramin Solok Salayo); Sandiang Lamin Tuo Karapatan Datuk Pangeran Saripado (Kaco Bandarang Solok Salayo), Panungkek Tuo Karapatan Datuk Tan Basa (di Guguak), Panungkek Tuo Karapatan Datuk Bandaro Basa di Guguak, Panungkek Tuo Karapatan Dt.Bagindo yang Dipertuan di Koto Anau. Karapatan–karapaan ini dihadiri oleh Tuo-tuo Karapatan dari Solok, Salayo, Guguak, Koto Anau, Cupak Gantuang Ciri, Kinari, Muaro Paneh, Gauang, Panyakalan, Sirukam, Supayang, Sariak Alahan Tigo. Karapatan ini merupakan karapatan Kubuang Tigo Baleh.
Karapatan Bawah Jao (Karapatan Solok Salayo), Tuo Karapatannya Datuk Pangeran Saripado (Kaco Bandarang Solok Salayo), Sandiang Lamin Tuo Karapatan Dt.Rajo nan Kayo (Caramin Solok Salayo), Panungkek Tuo Karapatan Datuk Yang Dipatuan (di Salayo), Panungkek Tuo Karapatan Datuk Bungsu Talanai Sati (di Koto Baru). Karapatan-karapatan ini dihadiri dihadiri tuo-tuo karapatan Solok Salayo Kotonyo Baru, Guguak, Koto Anau, Cupak, Gantuang Ciri, Talang Talago Dadok, Bukik Tandang Parambahan, Kinari, Muaro Paneh, Dalam batu Karak, Saok Laweh, Gauang dan Panyakalan.
Karapatan Batu Nan Tujuah terdiri dari; Caramin Solok Salayo dipimpin oleh Datuk Bandaro Kayo, Pamuncak Nagari Aro Solok (Dt.Rajo Indo Bumi), Pamuncak Nagari Korong gadang Solok (Dt.Rajo Nan Gadang), Rajo Alam Salayo (Dt.Pangeran Saripado), Rajo Adat Salayo (Dt.Yang Dipatuan Sati), Rajo Ibadat Salayo (Dt.Yang Dipatuan Mudo), Rajo Alam Koto Baru (Dt.Bungsu Talanai Sati), Rajo Adat Koto Baru (Dt.Labuah), Rajo Ibadat Koto Baru (Dt.Bandaro Hitam).
Karapatan Balai Dama (Karapatan Basa Nan Baduo Rajo Nan Duobaleh) terdiri dari; Pucuak Bulek Urek Tunggang Lambah Nan Bajawijawi (Dt.Tan Basa), Pucuak Bulek Urek Tunggang Kotogaek Sungai Bintungan (Dt.Bandaro Basa), Camin Taruih di Jawijawi (Dt.Rajo Batuah), Camin Taruih di Kotogaek (Dt.Rajo Malintang), Tuo Karapatan Koto Gadang, Tuo Karapatan Jawijawi, Tuo Karapatan Koto Gaek.
Karapatan Koto Nan Anam Koto Anau dibawahi oleh Rajo Koto Anau (Dt.Bgd.Yang Dipatuan) kemudian dilengkapi dengan Tuo Karapatan Kotogadang (Dt.Bgd.Yang Dipatuan – Rajo Koto Anau), Tuo Karapatan Tanah Sirah, Tuo Karapatan Batu Banyak, Tuo Karapatan Koto Laweh, Tuo Karapatan Limau Lunggo, Tuo Karapatan Batu Bajanjang, Tuo Karapatan Bukik Sileh Salayo Tanang, Tuo Karapatan Kampuang Batu Dalam, Tuo Karapatan Simpang Tanjuang Nan Ampek.
Selanjutnya Karapatan Cupak, Gantuang Ciri, Talang Talago Dadok, Dilam Batukarak, Bukik Tandang Parambahan, Kinari, Muaro Paneh, Gauang jo Panyakalan. Petinggi-petinggi adatnya terdiri dari; Raja Cupak (Dt.Rajo Usali), Rajo Gantuang Ciri (Dt.Yang Dipatuan), Rajo Kinari (Dt.Rajo Dipatuan), Pamuncak Muaro Paneh (Sutan Pamuncak), Rajo Panyakalan (Dt.Rajo Sampono), Pamuncak Gauang (Dt.Bandaro Kayo), Tuo Karapatan Bukik Tandang, Tuo Karapatan Parambahan, Tuo Karapatan Dilam Batukarak.
Seterusya Pucuak Bulek Urek Tunggang Talang Talago Dadok dibawah Dt.Gadang Maharajo Lelo dengan beberapa Urang Tuo atau Tuo Karapatannya; Urang Tuo Talang Talago Dadok (Dt.Rajo Tuo), Pamuncak Talang (Dt.Rajo Jihin), Pamuncak Talago Dadok (Sutan Pamuncak), Tuo Karapatan Batang Bayang nan Duobaleh.
Wilayah Kaco Bandarang Solok Salayo dibawah Datuak Pangeran Saripado (di Salayo). Terdiri dari beberapa daerah; 1. Saok Laweh. Tuo karpatannya adalah; Tuo Karapatan Saok Laweh, Tuo Karapatan Tanjuang Bingkuang, Tuo Karapatan Taluak Tanjuang Paku, Tuo Karapatan Nan Balimo, Tuo Karapatan Anam Suku (Dt.Panjang), Tuo Karapatan Koto Hilalang (Taluak Tanjuang Paku, Nan Balimo dan Anam Suku berada dalam nagari Solok sekarang). 2. Sambilan Koto dengan tuo-tuo karapatannya; Tuo Karapatan Pianggu, Tuo Karapatan Sungai Lasi, Tuo Karapatan Indudur, Tuo Karapatan Koto Laweh, Tuo Karapatan Guguk Sarai, Tuo Karapatan Taruang-taruang, Tuo Karapatan Sungai Jambu. (Padamulanya berada dalam Karapatan Gauang Panyakalan Sungai Jambu).
Selain itu pula, ada Pucuak Bulek Urek Tunggang Lambah Nan Bajawi-jawi. Datuak Tan Basa (Guguak) yang mengepalai Wilayah Duo Koto Diateh. Terdiri dari Ampek Nagari dengan tuo karapatannya; Tuo Karapatan Supayang, Tuo Karapatan Siaroaro, Tuo Karapatan Aia Luo, Tuo Karapatan Kotobaru Mundam Tanah Karajan, Tuo Karapatan Tigo lurah (Simanau, Aie Abang, Andaleh Tanjuang Balik, jo Kipeh Kayu Lawang)
Ranah Kimpalan dengan tuo karapatannya; Tuo Karapatan Sirukam, Tuo Karapatan Rangkiang Luluih, Tuo Karapatan Garabak Data, Tuo Karapatan Simiso.
Wilayah yang dipimpin oleh Pucuak Bulek Urek Tunggang Kotogaek Sungai Bintuangan Datuak Bandaro Basa (Guguak).
Datuk Bungsu mengingatkan, sekiranya Ando tidak menemukan Putireno di nagari-nagari dalam Luhak Tanah Data, Luhak Agam, Luhak Limo Puluah atau nagari-nagari di Kubuang Tigo Baleh, berkemungkinan dia terus ke daerah berikutnya, Alam Surambi Sungai Pagu.
Alam Surambi Sungai Pagu adalah sebuah kawasan kerajaan yang berada langsung di bawah Raja Alam di Pagaruyung merupakan kuduang karatan Raja Pagaruyung. Raja Alam Surambi Sungai Pagu bergelar Daulat Tuanku Rajo Disambah. Wilayahnya cukup luas dan dipimpin oleh raja-raja yang terdiri dari; Rajo Alam Surambi Sungai Pagu (Daulat Tuanku Rajo Disambah – Malayu Kampung Dalam); Bundo Nan Naiak Ateh Jambangan (Bundo Alam Surambi Sungai Pagu); Raja Adat Alam Surambi Sungai Pagu (Tuanku Rajo Bagindo – di Kampai di Balun); Raja Syarak Alam Surambi Sungai Pagu (Tuanku Rajo Batuah – di Panai); Raja Parikpaga Alam Surambi Sungai Pagu (Tuanku Rajo Malenggang – Malayu Tigo Lareh); Inyiak di Bendang (Inyiek Majolelo – Takrajo ganti rajo di Bendang); Tuo Karapatan Malayu Ampek Paruik, Tuo Karapatan Bariang, Tuo Karapatan Tigo Koto Kaciak, Tuo Karapatan Durian Limo Ruang, Tuo Karapatan Kampai Sawah Laweh, Tuo Karapatan Kampai Aie Angek, Tuo Karapatan Tangah Nyie Gadiang, Tuo Karapatan Bendang (Inyiak Majolelo), Tuo Karapatan Panai Tanjuang (Dt.Sati), Tuo Karapatan Panai Lundang (Dt.Rangkayo Basa), Tuo Karapatan Ampek Ibu, Tuo Karapatan Nan Baranam, Tuo Karapatan Nan Balimo dan beberapa lagi tu karapatan ang tidak hafal seluruhnya oleh Datuk Bungsu.
Jika Ando tidak menemukan Putireno di Alam Surambi Sungai Pagu, Ando harus mencarinya sampai ka daerah rantau Minangkabau. Dua kelompok besar nagari-nagari yang berada di rantau, disebut Rantau Ilie dan Rantau Mudik. Banyak sekali orang-orang besar, raja-raja yang mengepalai nagari-nagari tersebut. Datuk Bungsu menyarankan supaya Ando mulai memasuki daerah Rantau Ilie dulu.
Kawasan Rantau Ilie adalah daerah yang luas sekali, banyak sungai-sungai besar mengalir ke pantai Timur Sumatera; Batang Rokan, Tapuang Kiri, Tapuang Kanan, Kampar Kiri, Kampar Kanan, Siak, Kuantan Inderagiri, Batang Hari dan Sungai Musi.
Yang Dipertuan Rambah Di Rambah Rokan Pandalian membawahi wilayah Rokan Pandalian. Beberapa orang besar atau raja-raja yang dapat Ando temui di situ antara lain; Yang Dipertuan Rambah, Raja Rokan, Raja Tambusai di Dalu-dalu, Raja Kepenuhan, Raja Tanah Putih, Raja Bangko, Kubu, Raja IV Koto di Lubuak Bandaro dan Raja Kuntu di Koto Intan.
Ando silahkan terus menemui Pucuak Bulek Andiko nan 44 Kampar Kanan Datuak Rajo di Balai – Muaro Takus. Wilayahnya cukup luas pula, yang dipimpin oleh pembesar-pembesar adatnya terdiri dari; Inyiak Nan Barampek jo Kambuik Baniah Tampang Pusako, Pucuak Bulek Andiko Nan Ampek Puluah Ampek Kampar Kanan/
Pucuak Bulek Muaro Takuih Talago Undang (Inyiak Dt.Rajo Dibalai), Pucuak Bulek Mahek Auaduri (Inyiak Dt.Bandaro), Pucuak Bulek Kotolaweh (Inyiak Dt.Majo Indo), Pucuak Bulek Mungka (Inyiak Dt.Siri Marajo), Kambuik Banieh Tampang Pusako (Dt.Sibijayo di Pangkalan Kotobaru).
Teruskan perjalanan Ando ke Kampar Tungku Nan Tigo. Beberapa daerahnya dipimpin oleh beberapa orang Andiko; Andiko Nagari Limbanang, Andiko Nagari Koto Laweh, Andiko Nagari Koto Tangah, Andiko Nagari Sungai Dadok, Andiko Nagari Sungai Naniang.
Lanjutkan terus perjalanan Ando ke Kampar Pangkalan Nan Ampek yang dipimpin oleh beberapa orang Andiko pula; Andiko Nagari Pangkalan Kotobaru, Andiko nagari Pangkalan Indaruang, Andiko Nagari Pangkalan Kapeh, Andiko Nagari Pangkalan Sarai. Nanti Ando akan sampai ke daerah Kampar Koto Nan Anam yang dimpimpin oleh; Andiko Nagari Kotobaru, Andiko Nagari Kotoalam, Andiko Nagari Tanjuang Pauah, Andiko Nagari Tanjuang Balik, Andiko Nagari Manggilang, Andiko Nagari Gunuang Malintang. Setelah itu Ando akan sampai di daerah Kampar Limo Koto yang dipimpin oleh; Andiko Nagari Bangkinang (Dt.Bandaro Sati), Andiko Nagari Kuok (Dt.Basa), Andiko nagari Salo (Dt.Parmato Said), Andiko Nagari Aietirih (Dt.Bandaro Kayo), Andiko Nagari Rumbio (Dt.Gadang)
Sekarang Ando memasuki daerah Kampar Sambilan yang dipimpin oleh; Andiko Muaro Takuih (Inyiak Dt.Dibalai), Andiko Nagari Tanjuang (Dt.Bandaro), Andiko Nagari Gunuang Malelo (Dt.Sati), Andiko Nagari Pongkai (Dt.Basa), Andiko Nagari Kotobangun, Andiko Nagari Sialang, Andiko Nagari Durian Tinggi, Andiko Nagari Kapuak, Andiko Nagari Lubuak Alai (disebut Kampar Sambilan Nan Tuo), Andiko Nagari Sibiruang (Dt.Basa), Andiko Nagari Gunuang Bonsu (Dt.Tumangguang), Andiko Nagari Binamang, Andiko Nagari Tanjuang Alai (Dt.Basa), Andiko Nagari Pulau Gadang (Dt.Tandiko), Andiko Nagari Sitangkai Ampek Koto di Mudiak (Dt.Rangkayo Molie di Baluang), Andiko Nagari Sitangkai Ampek Koto Di Ilie (Dt.Ulak Simano di Lbk.Aguang), Andiko Nagari Batu basurek (Dt.Bijayo Dirajo). Disebut Kampar Sambilan Nan Bongsu bersama Muara Takuih, Tanjuang, Gunuang Malelo dan Pongkai disebut Tigobaleh Koto. Setelah itu Ando akan sampai di Ulu Kampar Mahek Galugue yang dimpimpin oleh beberapa Andiko; Andiko Nagari Mahek Aueduri (Inyiak Dt.Bandaro), Andiko Nagari Mungka (Inyiak Dt. Siri Marajo), Andiko Nagari Galugua Ateh, Andiko Nagari Galugua Bawah, Andiko Nagari Pangiang.
Sekarang Ando menuju ke selatan, memasuki daerah Gunung Sahilan Kampar Kiri atau Luak Sibayang, yang diperintah oleh: Yang Dipertuan Raja Gunung Sahilan, Lantak Tongga Luak Sibayang (Dt.Basa), Urang Gadang Gunuang Sahilan (Dt.Rajo Sutan), Urang gadang Ludai (Dt.Majo Basa), Urang Gadang Ujuang Bukik (Dt.Bandaro), Urang Gadang Lipek Kain (Dt.Rajo Babandiang), Urang gadang Kuntu (Dt.Rajo Gadang), Urang Gadang Sanggan (Dt.Gadang) dan Urang Gadang Sibayang.
Putireno mungkin tidak berada di sana. Bagaimanapun letihnya Ando melakukan perjalanan menyusuri daerah rantau itu, namun Ando harus meneruskan usaha mencarinya. Cobalah Ando masuk ke pedalaman ke daerah Rantau Tigo Lareh yang dikepalai oleh Rajo Siguntur Tuanku Bagindo Ratu. Rantau ini disebut juga Darmasyraya atau Tribuwana. Dipimpin selain oleh Rajo Siguntur, juga dilengkapi dengan pembesar adat lainnya; Rajo Tigo Selo (Cati Nan Batigo), Rajo Siguntua (Tuanku Bagindo Ratu), Rajo Sitiuang (Tuanku Hitam), Rajo Padang Laweh (Tuanku Karajan Sultan Muhammad Bagindo Rajo Lelo). Secara khusus daerah Cati Nan Batigo dipimpin pula oleh beberapa raja; Rajo Sikabau (Tuanku Rajo Dauli), Rajo Alam Lubuak Tarok (Tuanku Rajo Cati Bagindo Tan Ameh), Rajo Pulaupunjuang (Tuanku Sati) Camin Taruih Pagaruyung
Orang-orang besar atau petinggi adat di daerah yang luas ini beragam panggilan dan sebutannya. Misalnya Basa Nan Barampek; Pasak Kungkuang – Urang Gadang Sungai Langsek (Dt.Kayo), Janjang Tuo – Urang Gadang Bukik Sabalah, Anak Timang-timangan – Urang Gadang Siaue.
Rajo Nan Barampek Tiang Panjang Nan Batigo terdiri dari; Rajo Sungai Dareh (Dt.Rajo Puti), Rajo Sungai Kambuik (Puti Bulian), Rajo Adat Lubuak Tarab (Bagindo tan Putiah), Rajo Ibadat Lubuak Tarab (Bagindo Majoindo), Tiang Panjang Siguntue (Tuanku Karajan), Tiang Panjang Sungai Dareh (Tuanku Maharajo basa), Tiang Panjang Sungai Kabuik (Bagindo Malano).
Urang Gadang Nan Duo kali Sambilan yang memerintah Siguntua antara lain; Urang Gadang Kamang Ampek Koto (Dt.Tambun Taia), Urang Gadang Timpeh (Dt.Surian), Urang Gadang Timpeh (Dt. Bandaro), Urang Gadang Simalidu (Dt.Makhudum di Pulau Mainan), Urang Gadang Koto Tuo (Dt.Tambun Taia), Urang Gadang Sungai Lansek Siguntur (Dt.Bandaro), Urang Gadang Kampuang Surau (Dt.Rajo Malano), Urang Gadang Taratak (Dt.Tan Basa). Semuanya disebut disebut “Urang Gadang Nan Batujuah di Siguntua. Urang Gadang Nan Baduo Sitiuang (Dt.Mangkuto dan Dt.Marajo) Karena Tuanku Hitam kemudian putus, maka Raja Sitiung bergelar Tuanku Tumangguang yang dijemput ke Pagaruyung. Urang Gadang Koto Laweh (Dt. Tambun Aie), Urang Gadang Koto Padang (Dt.Singo Lipati), Urang Gadang Tiumang Muaro Siatang (Dt.Bandaro Kayo) Ketiga Urang gadang itu juga disebut “Urang Gadang Nan Batigo Padang Laweh. Kemudian ada tiga Urang Gadang lagi; Urang Gadang Pulau Punjuang (Dt.Sati), Urang Gadang Sungai Dareh (Dt.Pangulu Basa), Urang Gadang Minangkabau Pulau Punjuang (Dt.Payuang) disebut juga “Urang Gadang Nan Batigo – Ampek jo Minangkabau di Pulau Punjuang. Kemudian Urang Gadang Tanah Bato (Dt.Malintang Sati).
Wilayah Koto Basa diperintah oleh Tuanku Karajaan Sultan Maharajo Dirajo. Daerah-daerah dan Urang-urang Gadangnya adalah; Raja Kotobasa (Tuanku Karajan Sultan Maharajo Dirajo), Manti Rajo (Tuanku Manaro / Tuanku Bandaro), Urang Tuo Pangulu (Tuanku Rajo Dipati), Urang Gadang Kotobasa, Urang Gadang Abai Siat, Urang Gadang Bonjol, Urang Gadang Kotobaru dan beberapa urang gadang lainnya.
Wilayah Rantau Nan Kurang Aso Duopuluah di sepanjang Batang Kuantan sampai ke Kuala Cindaku diperintah oleh Yang Dipertuan Raja Kuantan (Tuanku Raja Baserah – berkedudukan di Baserah Cerenti dan Kotorajo).
Banyak sekali petinggi-petinggi adat di daerah sepanjang Batang Kuantan. Daerahnya sangat luas. Petinggi-petingginya terdiri dari Basa Nan Baduo; Manti Rajo (Dt.Sireno – dari Kari) dan Katik Rajo (Tuanku Kali Rajo – dari Taluak). Kemudian Inuman Ampek Koto dengan beberapa urang gadang dan tuo karapatan; Urang Gadang Inuman Ampek Koto (Dt.Katumangguangan bersama Dt. Danau Pulau, keduanya dari Inuman), Tuo Karapatan Inuman (Dt.Katumangguangan bersama Dt. Danau Pulau, keduanya dari Inuman). Ada lagi Tuo Karapatan Baserah, Tuo Karapatan Pangian, Tuo Karapatan Cerenti (Dt. Danau Sekoto, dgn.jabatan “Urang Gadang”)
Daerah Taluak Kuantan Limo Koto juga banyak urang gadangnya, di antaranya; Urang Gadang Taluak Kuantan Limo Koto (Dt.Mudo Bisai di Taluak bersama Dt. Bandaro lelo Budi di Kari), Urang Gadang Taluak (Dt.Mudo Bisai), Urang Gadang Kari (Dt.Bandaro Lelo Budi), Tuo Karapatan Simandolak, Tuo Karapatan Sibarakun, Tuo karapatan Sibuayo. Daerah Lubuak Ambacang Ampek Koto; Urang Gadang Lubuak Ambacang Ampek Koto (Dt.Paduko Rajo bersama Dt.Putiah), Tuo Karapatan Sampurago, Tuo Karapatan Lubuak Ambacang (Dt. Paduko Rajo dan Dt.Putiah)
Tuo Karapatan Sungai Pinang. Daerah Gunuang Ampek Koto; Urang Gadang Gunuang Ampek Koto (Dt.Bandaro – induak adat kepada Dt.Bandaro Lelo Budi di Kari), Tuo Karapatan Taluak Ingin, Tuo Karapatan Gunuang (Dt.Bandaro), Tuo Karapatan Toar, Tuo Karapatan Lubuak Taronang. Wilayah Lubuk Jambi; Gajah Tongga Rantau Kuantan (Urang Gadang Lubuk Jambi). Daerah Kotorajo dipimpin oleh Pucuak Bulek Kotorajo (menggantikan Padang Tarok yang ke luar dari persekutuan Kuantan setelah adanya kerajaan). Lubuk Jambi tidak tunduk kepada kedaulatan Raja Kuantan, tetapi ikut di dalam persekutuan dan hadir dalam kerapatan persekutuan. Sedangkan anggota kemudian mencapai 30 nagari, walaupun namanya tetap disebut “Nan Kurang Aso Duopuluah”
Muaro Lambu atau Luak Singingi wilayah dipimpin oleh; Rajo Muaro Lambu, Pucuak gadang Luak Singingi, Pucuak gadang Rantau Singingi, Timbo Ruang Nan Barampek Luak Singingi, Timbo Ruang Rantau Singingi.
Luak Nan Sambilan di Lubuk Gadang Sangir diperintah oleh Dipertuan Besar Lubuk Gadang Sangir dengan petinggi adat lainnya; Pucuak Bulek Urek Tunggang Luak Nan Sambilan, Pucuak Bulek Urek Tunggang Luak nan Sambilan (Tuanku Kulipah Tuo)
Luak Nan Barampek, Luak Nan Balimo juga mempunyai daerah-daerah yang luas dipimpin oleh petinggi-petinggi adatnya sebagaimana di daerah lain.
Ranah Pantai Cermin di Ranah Pantai Cermin Abai Sangir. Sangir Rantau Dobaleh Koto (Alam Jayo Tanah Sangiang) diperintah oleh Yang Dipertuan Besar Raja Sangir (Yang Dipertuan Besar Lubuak Gadang) Tuanku Marajo Bongsu, Yang Dipertuan Besar Gajah Gadang Sangir (Yang Dipertuan Besar Ranah Pantai Cermin – Tuo Karapatan Sangir dan sidang kerapatan di Abai), Manti Karajan Sangir (Raja Sungai Kunyik), Raja Lubuak Malako, Raja Bidar Alam, Raja Sampu, Raja Lubuak Ulang Aliang, Raja Dusun Tangah dan dilenkapi dengan beberapa Tuo Karapatan; Tuo Karapatan Koto Ubi, Tuo Karapatan Koto Hilalang, Tuo Karapatan Batu Angik Batu Kangkuang.
Sekiranya Ando masih belum juga bertemu dengan Putireno di Rantau Ilie, Ando langsung pergi ke Rantau Mudiak. Rantau Mudiak mempunyai daerah yang sangat luas dipimpin oleh beberapa raja dan Tuo-tuo karapatan pula.
Rantau Lauwik Nan Sadidiah berada di bawah Yang Dipertuan Sultan Indrapura dengan perangkat adatnya; Mangkuraja Indrapura, Mangkubumi Indrapura, Tuo Karapatan Tapan, Tuo Karapatan Silawik (Silaut), Tuo Karapatan Lunang, Raja Manjuto, Raja Mukomuko, Raja Sungai Limau Bangkahulu, Raja Sungai Hitam Bangkahulu, Raja Selebar Bangkahulu. Sultan Indrapura juga disebut Yang Dipertuan Pesisir Barat, karena atas nama Raja Alam Sungai Pagu berdaulat di Bandar Sapuluah.
Tuo Karapatan Rajo-rajo Banda Sapuluah terdiri dari; Rajo (Pucuak Adat) Ampiang Parak, Banda Sapuluah (Rantau Sungai Pagu), Pucuk Rantau – Daulat Tuanku Rajo Disambah, Tungkatan Pucuk Rantau – Yang Dipertuan Sulthan Indrapura, Rajo Taluak, Rajo Batangkapeh, Rajo Taratak, Rajo Surantiah, Rajo Kambang, Rajo Palangai, Rajo Lakitan, Rajo Sungai Tunu, Rajo Punggasan dan beberapa tuo-tuo karapatan lainnya.
Selanjutnya Rajo Bayang Nan Tujuah Koto Salapan di Pulut-pulut Bayang memerintah beberapa daerah; Rantau Bayang Pinang Balirik. Termasuk di dalamnya Bayang Nan Tujuah Koto Salapan; Pucuk Rantau – Dt.Bagindo Yang Dipatuan (Rajo Koto Anau), Dt.Rajo Pituan (Raja Kinari), Sutan Pamuncak (Sutan Muaro Paneh), Raja Bayang Nan Tujuah Koto Salapan (Tuanku Bagindo Seri Sutan Basa di Pulut-pulut, Pamuncak Bayang Nan Tujuah Koto Salapan (Dt.Bagindo Maharajo Lelo di Koto Barapak, Tuo Kapatan Kubang, Tuo Karapatan Kotobaru, Tuo Karapatan Kapujan, Tuo Karapatan Lubuak Aua Lubuk Bagaluang, Tuo Karapatan Koto Barapak, Tuo Karapatan Kapecong Lubuak Gambie, Tuo Karapatan Jambak Kapeh panji, Tuo Karapatan Koto Jua Lubuak Anau, Tuo Karapatan Tanjuang Durian, Tuo Karapatan Api-api Labuhan Bayang. Labuhan Bayang sebagai “koto” kemudian “nagari” dan kini disebut Pasarbaru dan mempunyai Karapatan sendiri, disamping Kerapatan Api-api.
Selanjutnya daerah Painan Pinang Balirik terdiri dari Pucuak Nan Batujuah; Raja Alam Surambi Sungai Pagu, Sultan Indrapura, Raja Kotoanau, Basa nan baduo Guguak, Raja Painan, Raja Salido (Dt.Rajo Pasisie). Kemudian Karapatan Pinang Balirik yang terdiri dari; Raja Painan, Raja Salido (Dt.Rajo Pasisie), Tuo Karapatan Bungo Pasang.
Rajo Koto Sabaleh Tarusan dibawahi oleh Tuanku Bagindo Sari Sutan Basa. Dilengkapi oleh pembesar adat lainnya; Pucuak Rantau (Dt.Bandaro Basa di Guguak), Apitan Pucuak Rantau (Dt.Tan Basa di Guguak), Raja Kotosabaleh Tarusan (Tuanku Bagindo Sari Sutan), Urang tuo Kotosabaleh (Dt.Rajo Magek di Kamp.Suduik Nanggalo), Rajo Taratak (Dt.Bandaro Hitam), Pamuncak Sungai Lundang (Dt.Rajo Lelo), Ambun Puro Sungai Lundang (Dt.Bandaro Jambak), Rajo Siguntur (Dt.Rajo Nan Sati), Raja Sungai Pinang (Sutan Larangan), Caramin Baruang-baruang Balantai (Dt.Bandaro Basa), Kaco Bandarang Koto Pulai (Dt.Gajah Malintang dan Dt.Andam Dewi), Tuo Karapatan Dusun Duku, Tuo Karapatan Batuhampa, Tuo Karapatan Nanggalo, Tuo Karapatan Ampang Pulai, Tuo Karapatan Kapuah Sungai Talang, Tuo Karapatan Rantau Ampek Jurai.
Sedangkan Rantau Ampek Lurah di bawahi oleh beberapa tuo karapatan; Tuo Karapatan Camin Toran Tigo Jurai (Koto tangah, Kandih dan Nanggalo), Tuo Karapatan Paueh Janggi (Pauh Limo, Pauh Sambilan dan Limau Manih), Tuo Karapatan Padang (Padang Salapan suku, Lubuak Kilangan dan Nan Duopuluah), Tuo Karapatan Bunguih (dulu: Taluak Andam Puro).
Tuo Karapatan Rantau Tiku Pariaman, terdiri dari Rajo Pariaman Rantau Riak Nan Badabua. Tiku Pariaman; Rajo Limaupuruik Pariaman, Rajo Tiku, Rajo Tujuah Koto, Rajo Sintuak, Rajo Lubuak Aluang, Rajo Sunua, Rajo Kuraitaji, Rajo Toboh, Rajo Pakandangan, Rajo Malai, Rajo Tigokoto Aua Malintang, Rajo Kuranji, Rajo Ulakan, Tuo Karapatan Tigo Mimba Lubuk basuang, Tuo Karapatan Basa Nan Barampek nan Sabaris, Tuo karapatan Pariaman Sabatang Panjang Sakarek Ilie Sakarek Mudiak.
Ando disarankan untuk terus ke wilayah Daulat Parik Batu; Yang Dipertuan Kinali (Tuanku Kinali). Kemudian Raja Ibadat; SimpangTonang Cubadak Tuanku Rajo Mudo Sontang. Urang Tuo Undang; Bapak Undang Tuanku Kinali, Ibu Undang Dt. Majo Satio. Pucuak Bulek Lingkuang Aua (Datuk Bandaro).
Hakim Nan Sambilan dipimpin oleh Datuk Bandaro. Terdiri dari Hakim Nan Barampek Di Dalam; Datuk Rajo Magek, Datuk Indo Mangkuto, Datuk Mangkuto, Datuk Bandaro Panjang. Hakim Nan Barampek di Lua; Datuk Jando Lelo, Datuk Majo Basa, Datuk Sinaro Panjang, Datuk Batuah.
Seterusnya Raja Bungo Tanjuang Aie Bangih (Tuanku Rajo Basa), Rajo Parik Aie Bangih (Tuanku Basa), Rajo Sungai Aue (Tuanku Sambah), Raja Ujung gadiang (Tuanku Sati), Raja Sinurut (Tuanku Nan Sati), Raja Simpang Tonang (Tuanku Rajo Dubalang). Dilengkapi oleh; Tuo Karapatan Sikilang Aie Bangih. Setiap raja daerah ini mempunyai Basa di bagian-bagian wilayahnya dan memiliki beberapa hakim pada kerajaannya.
Seterusnya Ando memasuki Luak Rao Mapat Tunggul yang diperintah oleh Rajo Mapat Tunggul Mapat Cancang, Tuanku Yang Dipertuan Padang Nunang. Dengan Basa Nan Barampek; Sutan Mahmud, Datuk Bandaro, Datuk Sati, Datuk kayo. Dilengkapi pula dengan Suluah Bendang; Imam Rao Mapat tunggul Mapat Cancang, Katib Rao Mapat Tunggul Mapat Cancang, Katib Rao Mapat Tunggul Mapat Cancang.
Selain itu daerah yang luas ini diperintah oleh Basa Nan Limo Baleh, yang terdiri dari; Basa Lubuak Layang (Dt.Rajo Malintang), Basa Kotorajo (Dt.Nakodo), Basa Languang (Dt.Kayo), Basa Padang Matinggi (Dt.Mandindiang Alam), Basa Taruang-taruang (Dt.Rangkayo Basa), Basa Lansek Kodok (Dt.Bandaro), Basa Tanjuang Batuang (Dt.Rajo Mumi), Basa Sitombah (Dt.Basa), Basa Padang Galugur (Dt.Marajo), Basa Kuamang (Dt.Rajo Kuamang), Basa Solok (Dt.Kuamo), Basa Panti (Dt.Mandindiang Alam), Basa Ampang Gadang (Dt.Marajo dan Dt.Bagindo Sati), Basa Tambusai (Dt.Simarajo).
Daerah Nan Saedaran Gunuang dipimpin oleh Pucuak Bulek Lubuak Sikapiang yang terdiri dari; Tuo Karapatan Sundata, Raja Kampung Angus Alahan Panjang (Dt. Bagindo Kali), Raja Kampung Dalam Alahan Panjang (Dt.Bandaro), Raja Batu Dindiang Alahan Panjang (Dt.Bagindo), Raja Kampung Baru Alahan Panjang (Dt.Sati).
Wilayah Ulu Batang Hari terdiri dari Sariak Alahan Tigo yang dipimpin oleh; Rajo Sariak Alahan Tigo dilengkapi oleh; Tuo Karapatan Talang Babungo dan beberapa tuo karapatan lainnya yang tidak semuanya dapat dihafal oleh Datuk Bungsu.
Kemudian daerah Alahan Panjang yang dipimpin oleh Rajo Alahan Panjang (Rajo Alam Jamah Tuanku Sambah) serta tuo-tuo karapatan; Tuo Karapatan Salimpat, Tuo Karapatan Sungai Abu, Tuo Karapatan Aia Dingin dan beberapa tuo karapatan lainnya.
Wilayah Tulang Bawang (Sitindieh Alam Minangkabau) dibawahi oleh Rajo Koto Anau Datuak Bagindo Yang Dipatuan dengan tuo-tuo karapatan di bawahnya; Tuo Karapatan Surian, Tuo Karapatan Lolo dan beberapa tuo karapatan lainnya.
Wilayah Simaharajo Nan Sambilan yang juga berada dalam Luhak Tanah Data dipimpin oleh Inyiak Tali Sako Kumanih Datuak Inyiak Cumano, Inyiak Tali Pusako Kumanih Datuak Rangkayo Bonsu, Inyiak Tali Ugamo Kumanih Datuak Inyiak Jolelo. Sedangkan kerapatan Kumanih terdiri dari; Datuk Inyiak Cumano didampingi Dt.Sampono Marajo, Dt.Rajo Pangulu, Dt.Parmato Alam dan Dt.Rajo Gagah. Sedangkan Dt.Rangkayo Bongsu didampingi Dt.Sampono Aceh, Dt.Paduko Sati dan Dt.Paduko Sinaro.
Menurut Datuk Bungsu, jika Putireno tidak dijumpai pada daerah-daerah yang sudah disebutkan tadi; di Luhak dan di Rantau, kemungkinan Putireno akan terus ke wilayah-wilayah Raja-raja dan Pembesar di luar Alam Minangkabau yang bertali kerabat dengan Minangkabau tersebab keturunan, seperti Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan di Malaysia, atau ke kerajan-kerajaan Melayu Pesisir Timur seperti; Sultan Deli, Sultan Serdang, Sultan Asahan, Sultan Siak, Raja Bilah Hulu, Raja Kota Pinang, Raja Sungai Toras, Raja Palalawan, Raja Indragiri, Tumenggung Kampung Boga Batubara, Dt.Tanah Datar Batubara, Dt. Limapuluh Batubara, Dt. Pesisir Batubara.
Mungkin juga Ando harus menjelajahi daerah Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Ranah Sekelawi dan Lampung, Alam Sakti Rantau Kerinci, Pesisir Barat Tapanuli dan Pesisir Barat Aceh, Penghulu Luhak Naning (bagian wilayah Melaka) Sri Raja Merah Orang Kaya, Datuk Penghulu Nanining (Datuk Naning).
Tidak tertutup kemungkinan Putireno akan pergi lebih jauh seperti ke rantau-rantau yang jauh; Sulu, Brunei Darussalam, Labuan, Suku Dayak Mamak, Suku Dayak Kapuas (di Kalimantan Tengah) dan Kerajaan Manggarai Flores. Keturunan raja Manggarai Flores ini pernah berkunjung ke Pagaruyung, namanya Dami N. Toda, seorang doktor dalam bidang ilmu bahasa yang sudah mengajar di Jerman selama tiga puluh tahun.
Terpacak keringat Ando mendengarkan dan menyimak begitu terperincinya Datuk Bungsu menjelaskan daerah-daerah atau wilayah yang harus Ando tempuh kalau memang ingin menyelamatkan Putireno. Ando geleng-geleng kepala, bagaimana Ando akan pergi ke semua nagari menemui raja-raja, tuo-tuo karapatan dalam wilayah Minangkabau yang begitu luas. Ando agak ngeri juga memikirkan perjalanan yang akan Ando lakukan, sepertinya Ando akan meniti sebuah titian panjang yang teramat panjang.
Persoalannya bagi Ando adalah, berapa lama waktu yang akan Ando sediakan untuk perjalanan itu? Ando tidak mau lagi menatap Datuk Bungsu, takut, kalau-kalau Datuk Bungsu dapat merasakan bagaimana rumitnya Ando memilih, mau meniti titian panjang itu atau tidak.
Bagaimana Sinan? Haruskah Ando bertungkus lumus untuk menemukan seorang perempuan yang bernama Putireno? Soalnya, Ando masih belum yakin benar akan apa yang dikatakan nenek, bahwa jika Ando menemukan Putireno sama halnya dengan menemukan diri sendiri.
*